SuaraJogja.id - Kabar kurang menyenangkan datang dari Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
Memasuki pertengahan tahun 2025, wilayah ini dihadapkan pada lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang signifikan.
Kekhawatiran warga memuncak, di tengah pertanyaan tentang efektivitas program pencegahan yang ada dan keterbatasan upaya penanggulangan seperti fogging atau pengasapan.
Data Dinkes Bantul: Angka Kasus Naik Tajam, Kematian Masih Nihil di 2025
Kenaikan kasus DBD di Bantul bukanlah isapan jempol belaka. Data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul menunjukkan tren yang mengkhawatirkan sepanjang semester pertama tahun 2025.
Januari 2025: Tercatat 60 kasus.
Februari 2025: Angka naik menjadi 88 kasus.
Pertengahan Mei 2025: Lonjakan signifikan mencapai 372 kasus.
Awal Juli 2025: Total kasus kumulatif mencapai 453.
Baca Juga: Cek Kesehatan Gratis di Bantul Diminati, Tapi... Ini Alasan Warga Masih Ragu
Angka 453 kasus dalam enam bulan pertama ini sudah jauh melampaui total kasus sepanjang tahun 2023 lalu yang hanya 136 kasus.
Kabar baiknya, dari ratusan kasus yang terjadi di tahun 2025, Dinkes Bantul menyatakan hingga awal Juli belum ada laporan kasus kematian yang tercatat.
Meski begitu, kewaspadaan tetap harus di tingkatkan, mengingat sepanjang tahun 2024, tercatat ada 4 kematian akibat DBD di Bantul.
Suara Warga Banguntapan: Dilema Ibu Okta dan Pertanyaan soal Nyamuk Wolbachia
Di tengah lonjakan kasus, muncul kecemasan dan kebingungan di tingkat masyarakat.
Okta, seorang ibu rumah tangga berusia 31 tahun di Kapanewon Banguntapan, merasakan betul dampaknya.
Ia kini harus ekstra waspada menjaga anak balitanya dari gigitan nyamuk Aedes aegypti.
"Jelas was-was sekali, apalagi punya anak kecil yang aktif main. Setiap hari dengar ada saja tetangga atau kenalan yang anaknya opname karena DBD," ungkap Okta dihubungi Suarajogja, Selasa (22/7/2025).
Kecemasan Okta bertambah dengan kebingungan terkait program nyamuk ber-bakteri Wolbachia yang beberapa waktu lalu diimplementasikan di wilayahnya melalui program "WoW Mantul" hasil kerja sama dengan UGM.
"Dulu katanya ditebar nyamuk dari UGM itu [Wolbachia] bisa mengurangi nyamuk DBD. Tapi kok di kampung saya sekarang tetap banyak banget yang kena. Jadi sebenarnya ini efektif atau tidak? Kami sebagai warga jadi bingung," keluhnya.
Meskipun penelitian UGM menunjukkan teknologi Wolbachia terbukti efektif menekan kasus DBD hingga 77 persen di lokasi uji coba, pengalaman personal warga seperti Okta menunjukkan adanya kesenjangan antara data ilmiah dan realitas yang dirasakan di lapangan.
Fogging Ditolak, PSN Jadi Tumpuan Utama
Kepanikan warga mendorong adanya permintaan untuk melakukan fogging secara massal.
Namun, upaya ini terbentur kendala. Menurut Okta, usulan warga untuk pengasapan di wilayahnya ditolak oleh dukuh setempat.
"Kemarin warga sudah minta ada fogging, tapi kata Pak Dukuh enggak ada anggaran untuk itu. Jadi ya kami cuma bisa andalkan gerakan bersih-bersih mandiri," tuturnya.
Menanggapi situasi ini, Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Tri Widiyantara, memberikan penegasan.
Menurutnya, fogging bukanlah solusi utama karena hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak memberantas jentiknya.
Upaya paling efektif, kata dia, adalah gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus yang dilakukan serentak oleh seluruh lapisan masyarakat.
"Gerakan PSN ini menjadi upaya paling efektif untuk menekan kasus DBD di Bantul. Karena itu, PSN ini harus kita lakukan bersama-sama," ujar Tri Widiyantara.
Beliau juga menambahkan bahwa salah satu pemicu lonjakan kasus adalah fenomena kemarau basah, di mana hujan yang turun tak menentu di musim kemarau menciptakan banyak genangan air baru yang menjadi lokasi ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak.
"Pencegahan kasus DBD tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak saja, akan tetapi harus oleh seluruh elemen masyarakat. Karena itu, kami tak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk selalu melakukan PSN," tegasnya.
Lonjakan kasus DBD di Bantul adalah alarm bagi kita semua, khususnya anak muda dan keluarga milenial.
Mulailah dari rumah sendiri. Ajak tetangga dan komunitasmu untuk rutin melakukan PSN 3M Plus:
-Menguras tempat penampungan air.
-Menutup rapat tempat penampungan air.
-Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Plus, menanam tanaman pengusir nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, dan menggunakan losion anti nyamuk.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pemain Terbaik Liga 2: Saya Siap Gantikan Ole Romeny!
- Pemain Arsenal Mengaku Terbuka Bela Timnas Indonesia
- 1 Detik Pascal Struijk Resmi Jadi WNI, Cetak Sejarah di Timnas Indonesia
- 4 Sedan Bekas Murah di Bawah Rp 30 Juta: Perawatan Mudah, Cocok untuk Anak Muda
- Pelatih Belanda Dukung Timnas Indonesia ke Piala Dunia: Kluivert Boleh Ambil Semua Pemain Saya
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Polda Metro Jaya Sita Ijazah Sarjana Jokowi
-
Tuntas! Ini Momen Jokowi Selesai Jalani Pemeriksaan di Mapolresta Solo
-
7 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan RAM 12 GB Memori 512 GB, Performa dan Kamera Handal
-
Tiba di Mapolresta Solo dengan Senyum Lebar, Jokowi Ucapkan Ini ke Wartawan
-
Datangi Mapolresta Solo, Jokowi Jalani Pemeriksaan Kasus Fitnah Ijazah Palsu
Terkini
-
Geger, Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Sungai Glagah, Ada Luka di Dahi
-
Bantul Beri Angin Segar: Program Pemberdayaan Masyarakat Padukuhan Siap Tekan Kemiskinan & Stunting
-
7 Pelanggaran Ini Jadi Incaran Polisi di Operasi Patuh Progo 2025! Jangan Sampai Kena
-
Mutasi Pejabat Sleman: Bupati Harda Ancam Rotasi Cepat Jika Kinerja Jeblok
-
Dulu Aman dari Kekeringan, Kini Srandakan Bantul Krisis Air: Apa yang Terjadi dengan Sungai Progo?