Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 27 Juli 2025 | 17:37 WIB
Sejumlah kuda bertanding dalam Indonesia's Horse Racing 2025 di Yogyakarta, Minggu (27/7/2025). [Kontributor/Putu]

SuaraJogja.id - Popularitas pacuan kuda di Indonesia saat ini melonjak tajam. Bahkan membuat pasokan kuda pacu berkualitas semakin langka dan harga melonjak hingga miliaran rupiah.

Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP Pordasi), Aryo Djojohadikusumo, mengungkapkan, salah satu faktor utama di balik fenomena ini adalah besarnya pengaruh Presiden Prabowo Subianto yang dikenal sebagai pecinta kuda.

"Besar sekali perkembangan pacuan kuda ini. Kita bisa lihat sendiri, dari tahun ke tahun penontonnya meningkat tajam. Kita punya presiden yang memang hobi kuda, ini menjadi daya tarik luar biasa. Potensinya jujur saya tidak tahu ujungnya di mana, karena di Jawa saja sudah seramai ini, apalagi di luar Jawa," papar Aryo disela Indonesia's Horse Racing 2025 di Yogyakarta, Minggu (27/7/2025).

Aryo mengakui popularitas pacuan kuda membuat pasokan kuda pacu semakin terbatas. Bahkan harganya meningkat cukup fantastis.

Kuda muda yang sudah juara rata-rata harganya di atas Rp500 juta. Sedangkan kuda yang pernah juara bisa terjual lebih dari Rp1 miliar tahun ini.

"Saking populernya, mau beli kuda pacu sekarang susah sekali. Di Sulawesi Utara, saya pernah mau beli kuda, tapi sudah tidak ada stok. Di Pulau Jawa pun sama, hadiahnya naik, harga kuda pun ikut melesat," ungkapnya.

Popularitas pacuan kuda juga meningkat di media sosial (medsos). Dicontohkan keponakan Prabowo tersebut, pada awalnya jumlah penonton live streaming pacuan kuda di YouTube hanya 1.500 atau 2.000 orang.

Namun sekarang sudah 8.000 orang yang nonton secara langsung dalam satu kali pertandingan. Bahkan total penonton pacuan kuda juga naik dari 50 ribu menjadi 110 ribu penonton.

"Bahkan di TikTok, videonya sudah mencapai satu setengah juta views[sekali tonton], totalnya mungkin 7 sampai 8 juta views,” jelasnya.

Baca Juga: IHR-Indonesia Derby 2025: Saatnya Indonesia Ukir Rekor Triple Crown Baru

Arya menambahkan, meski acara-acara pacuan kuda baru digelar di Pulau Jawa, antusiasme di luar Jawa jauh lebih tinggi.

Di Aceh misalnya, dalam Pekan Olahraga Nasional tahun lalu di Tagengon, pacuan kuda jadi nomor pertandingan dengan penonton terbanyak, sampai 120.000 orang.

Begitu pula di Sumbawa juga terkenal dengan tradisi pacuan kuda. Dalam seminggu bisa ada 600 ekor kuda berpacu, dengan joki cilik berusia 10 atau 11 tahun.

"Ini membuktikan pacuan kuda bisa mengalahkan sepak bola. Kalau di sepak bola ada naturalisasi pemain, di pacuan kuda, kudanya yang dinaturalisasi, tapi joki kita tetap warga negara asli Indonesia," ujarnya.

Di Yogyakarta sendiri, lanjut Aryo, kejuaraan pacuan kuda juga jadi magnet.

Dalam Indonesia's Horse Racing 2025 yang menentukan gelar Triple Crown Indonesia kali ini dimenangkan kuda bernama King Argentine.

Kuda ini menang dari 156 kuda terbaik dari 12 daerah di Indonesia ikut bertanding dalam 18 race/kelas.

Hadiahnya tak main-main karena memperebutkan hadiah total Rp 1,2 Miliar.

IHR-Indonesia Derby 2025 kali ini merupakan kejuaraan pemuncak dalam perebutan gelar Triple Crown Indonesia, setelah Triple Crown Serie 1 dan Serie 2 pada April dan Mei 2025 lalu.

Dengan tampilnya Kuda King Argentine, pemenang Triple Crown Serie 1 dan Serie 2, maka Indonesia mengukir sejarah baru Triple Crown Indonesia.

Sepanjang sejarah Pordasi, baru 2 kuda yang memenangkan gelar Triple Crown Indonesia, yaitu Manik Trisula (2002) dan Djohar Manik (2014).

Sementara Ketua Komisi Pacu PP Pordasi, Munawir, menegaskan tren popularitas pacuan kuda di Indonesia memicu semangat baru di kalangan pemilik dan peternak kuda.

"Kalau dulu kita jual kuda pacu Rp50 juta saja susah, sekarang harga paling murah Rp200 juta. Yang sudah terbukti juara bisa Rp500 juta atau lebih. Hadiah lomba yang tinggi ikut mendorong minat. Hadiah utama saja sekarang Rp300 juta, total hadiah Rp1,2 miliar. Ini memancing pemilik kuda untuk memelihara lebih banyak kuda," paparnya.

Munawir menambahkan efek domino ini juga memberi peluang investasi baru.

Peternak-peternak sekarang semangat sekali karena melihat pasar kuda pacu berkembang pesat.

Dengan semakin besarnya minat masyarakat, dukungan pemerintah daerah, dan figur Presiden yang menjadi magnet, pacuan kuda Indonesia saat ini bukan lagi olahraga tradisional, tetapi juga menjadi industri dengan nilai ekonomi yang kian tinggi.

"Bahkan kuda juara muda yang belum dikebiri dan masih bisa diternakkan, harganya bisa lebih dari Rp1 miliar," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More