SuaraJogja.id - Kasus leptospirosis di Kota Yogyakarta masih menunjukkan tren yang meningkat.
Hingga saat ini saja sudah 21 kasus dengan 7 orang meninggal dunia akibat leptospirosis.
Terkait hal ini Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo segera melakukan pembahasan secara menyeluruh bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta.
Terlebih untuk membahas soal kemungkinan penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB).
"Saya hari ini mau rapat dulu dengan Dinas Kesehatan untuk membicarakan tentang itu. Karena ada rumusannya itu untuk menetapkan KLB atau tidak KLB itu ada rumusannya. Jadi tunggu nanti sore, ya," kata Hasto saat ditemui wartawan di Balai Kota Yogyakarta, Senin (28/7/2025).
Disampaikan Hasto, pihaknya bakal melakukan pemetaan secara mendalam terkait temuan kasus leptospirosis di wilayahnya.
Hal itu penting untuk mengetahui penyebaran kasus tersebut.
"Nanti kasus itu kalau dipetakan akan bisa dibaca trennya. Ketika dipetakan, sebetulnya kasusnya ini lebih banyak di daerah yang seperti apa, di daerah yang mana, itu akan bisa dibaca sebetulnya trennya di wilayah yang area seperti apa," ucapnya.
Ditanya mengenai kemungkinan penumpukan sampah beberapa waktu terakhir yang menjadi biang kerok kasus leptospirosis meningkat, Hasto belum bisa memastikan.
Baca Juga: Kasus Leptospirosis Mengintai Jogja, Pemilik Hewan Peliharaan hingga Pemancing Diharap Waspada
Namun ia bilang jika memang daerah yang lembab dan kotor itu memang berpotensi besar untuk menjadi lokasi berkembangnya kasus leptospirosis.
"Mungkin bisa ya bisa tidak, dalam arti gini, daerah-daerah yang kumuh, sudah lembab itu menjadi bagian, kalau daerahnya lembab, becek, basah, kotor, itu menjadi istilahnya ekosistem yang cocok untuk leptospirosis," tuturnya.
Oleh sebab itu, Hasto mengimbau warga Kota Yogyakarta untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya. Apalagi dengan kondisi yang sudah cukup jarang dilanda hujan.
"Ya arahan saya sih menjaga kebersihan lingkungan itu penting, ya. Jadi harusnya sekarang ini kan tidak terlalu sulit menjaga kebersihan lingkungan, karena tidak musim hujan," ucapnya.
"Kalau banyak hujan, musim hujan itu agak berat karena banyak yang becek-becek, basah-basah," imbuhnya.
Dia menyoroti kebersihan hunian yang berada di tepi-tepi sungai.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Target PAD Bantul di Ujung Mata: Strategi Jitu Siasati Pengurangan Dana Transfer Pusat Terungkap
-
Dari Kirab Kampung Hingga Pernikahan Anak Presiden: Kisah Sukses Pemuda Jogja Lestarikan Budaya Lewat Prajurit Rakyat
-
Satu Bulan Rampung? Progres Pemindahan Ratusan Makam Terdampak Tol Jogja-Solo Dipercepat
-
Rayakan HUT Balairung ke-40, Kagama Persma Soroti Bahaya Algoritma dan Krisis Kepercayaan Media
-
Rem Mendadak Picu Tabrakan Beruntun di Sleman, 1 Orang Luka