SuaraJogja.id - Yogyakarta bukan hanya soal Malioboro dan gudeg. Di balik hiruk pikuk kota pelajar, tersimpan denyut nadi sejarah dan ekonomi yang berkelindan di tiga kampung bersejarah: Kauman, Karangkajen, dan Kotagede.
Ketiganya adalah titik nol lahir dan berkembangnya Muhammadiyah, organisasi Islam yang kini menjadi salah satu pilar keistimewaan DIY.
Namun, lebih dari sekadar napak tilas, kampung-kampung ini menawarkan pengalaman wisata gaya hidup dan ekonomi kreatif yang sayang untuk dilewatkan.
Bagi kaum urban berusia 18-45 tahun yang mencari perjalanan penuh makna, menjelajahi "Tiga K" ini adalah cara terbaik memahami DNA masyarakat Yogyakarta.
Ini bukan sekadar wisata religi, melainkan penyelaman ke dalam ekosistem yang memadukan spiritualitas, tradisi, dan roda ekonomi yang terus berputar sejak ratusan tahun lalu.
Kauman: Jantung Spiritualitas dan Mode Batik
Berada persis di sebelah barat Alun-Alun Utara Keraton, Kampung Kauman adalah tempat KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 1912.
Suasananya tenang, kontras dengan Jalan Malioboro yang hanya sepelemparan batu. Di antara gang-gang sempitnya, Anda tidak hanya akan menemukan Langgar Kidul peninggalan KH Ahmad Dahlan atau Masjid Gedhe Kauman yang megah, tetapi juga geliat ekonomi kreatif.
Kauman dikenal sebagai salah satu sentra batik tulis premium. Beberapa butik dan galeri rumahan memajang karya-karya dengan motif klasik yang khas.
Baca Juga: Tujuh Produk Bersertifikat Halal Mengandung Babi, Muhammadiyah Sebut Rusak Integritas Bangsa
Wisatawan bisa melihat langsung proses membatik, sebuah pengalaman otentik yang menghubungkan sejarah para saudagar santri masa lalu dengan pebisnis mode masa kini.
Menyusuri Kauman kini menjadi paket lengkap wisata heritage, di mana pengunjung bisa belajar sejarah, mengapresiasi arsitektur Islam-Jawa, sambil berbelanja produk fashion lokal yang eksklusif.
Karangkajen: Denyut Kaderisasi dan Ekonomi Komunitas
Bergeser ke selatan, Kampung Karangkajen memiliki julukan sebagai "pekarangan kehormatan". Kampung ini adalah basis pengkaderan dan tempat peristirahatan terakhir KH Ahmad Dahlan.
Sejak dulu, Karangkajen dikenal sebagai pusat para "anshar" atau penolong pergerakan Muhammadiyah. Semangat kebersamaan ini terus hidup hingga sekarang.
Kini, Karangkajen bertransformasi menjadi kampung wisata yang mengunggulkan wisata religi, sains, dan kearifan lokal.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Perbandingan Konsumsi BBM Mitsubishi Destinator vs Innova Zenix, Irit Mana?
- FC Volendam Rilis Skuad Utama, Ada 3 Pemain Keturunan Indonesia
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 6 Sepatu Jalan Kaki Brand Lokal Terbaik di Bawah 500 Ribu
- Tukang Jahit Rumahan di Pekalongan Syok "Ditagih" Pajak Rp2,8 Miliar
- 5 SUV 7 Penumpang Alternatif Destinator, Harga Lebih Murah, Pajak Ringan!
Pilihan
-
Rahasia Dean Henderson Tundukkan Algojo Liverpool: Botol Minum Jadi Kunci
-
Bos Danantara Sebut Pasar Modal Motor Ekonomi, Prabowo Anggap Mirip Judi
-
Jelang HUT RI! Emiten Tekstil RI Deklarasi Angkat Bendera Putih dengan Tutup Pabrik
-
Update Pemain Abroad: Nathan Tjoe-A-On Debut Pahit, Eliano Menang, Mees Hilgers Hilang
-
Pilih Nomor 21, Jay Idzes Ikuti Jejak Pemain Gagal Liverpool di Sassuolo
Terkini
-
Bendera One Piece Bikin Heboh, Deddy Corbuzier Beri Lampu Hijau dengan Syarat Ini
-
TPR Parangtritis Dipindah! Kabar Baik untuk Wisatawan & Warga Gunungkidul
-
Drama di Lift Hotel Jogja, Atlet Bulu Tangkis Muda Terjebak, Damkarmat Turun Tangan
-
4 Ledakan Gagal Hancurkan Mortir di Sleman, Warga Diimbau Mengungsi untuk Peledakan Lanjutan
-
Bye-bye Parkir ABA, Lihat Penampakan Parkir Baru di Ketandan, Anggarannya Fantastis