Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 21 Agustus 2025 | 20:56 WIB
Situasi lingkungan di Pondok Pesantren HPA Internasional (HPAIC) Merapi di Wonokerto, Turi, Sleman, Kamis (21/8/2025). [Hiskia/Suarajogja]

Mereka menilai peristiwa itu berawal dari masalah pribadi antara korban dan pelaku.

Agus menjelaskan, kronologi bermula ketika terduga pelaku duduk di sudut masjid bersama seorang temannya.

Tepatnya di sudut itu biasanya diletakkan meja lipat kecil untuk membaca Al-Qur’an. Saat itu, korban datang untuk mengambil meja tersebut.

"Ketika mengambil itu posisinya di bawah dan harus nungging gitu kan. Kenapa kok nunggingnya itu diarahkan ke mukanya si pelaku," ucap Agus.

Dari situlah pelaku merasa risih, lalu menyentuh pantat korban. Di sisi lain, korban yang tidak terima kemudian menegur pelaku.

Perdebatan pun tak terhindarkan, hingga keduanya saling menyalahkan. Menurut pihak pondok, ada saksi yang melihat langsung kejadian tersebut.

Perdebatan di masjid ternyata berbuntut panjang.

Korban diduga menyembunyikan sandal pelaku, yang memicu kekesalan baru.

Pelaku kemudian membalas dengan menyembunyikan sandal korban.

Baca Juga: Santri Diduga Dianiaya di Ponpes Sleman, Orang Tua Kecewa dan Lapor Polisi Usai Dianggap Bertengkar

"Si pelaku nyembunyinnya enggak banget-banget gitu. Kalau si yang korbannya itu nyembunyiinya sampai dilempar ke lapangan bawah itu. Jadi waktu ketemu itu dia [korban] ngejek itu tambah jengkel lagi kan," tuturnya.

Tak berhenti di sana, usai cekcok di masjid, usai salat isya, insiden kembali pecah.

Usai beribadah, pelaku dan korban bertemu lagi di kamar.

Mereka kemudian sempat adu mulut berlanjut hingga terjadi aksi pencakaran dan penjambakan.

"Cekcok lagi di situ, akhirnya dilerai sama temennya, mereka pisah," ujarnya.

"Tapi tidak diduga sama temen-temennya ternyata si pelaku ini nyerang lagi sampai yang pencakaran dan penjambakan itu. Itu ada saksinya," imbuhnya.

Load More