Insiden di Yogyakarta ini menjadi pengingat pahit bahwa luka lama dalam dunia suporter sepak bola Indonesia belum sepenuhnya sembuh.
Tragedi Kanjuruhan yang merenggut ratusan nyawa seharusnya menjadi pelajaran paling berharga tentang pentingnya menahan diri, menghormati aturan, dan mengedepankan akal sehat di atas rivalitas buta.
Kegagalan kesepakatan damai di Jogja menunjukkan betapa mudahnya provokasi dari segelintir oknum dapat membakar emosi massa dan mengabaikan upaya rekonsiliasi.
Pelajaran dari Kanjuruhan adalah tentang tanggung jawab kolektif—suporter, panitia pelaksana, dan aparat keamanan—untuk memastikan setiap nyawa lebih berharga dari sebuah pertandingan.
Ketika aturan larangan suporter tamu masih dilanggar dan gesekan kecil dapat memicu kerusuhan besar, artinya refleksi atas tragedi nasional itu masih belum meresap secara mendalam di akar rumput.
Berita Terkait
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
Terkini
-
Taktik Jitu Anti Bokek: Jadikan Saldo DANA Kaget Rp249 Ribu Modal Nongkrong Akhir Pekan
-
Setelah Tragedi Sidoarjo, Ponpes di Bantul Jadi Sorotan! Kemenag Lakukan Ini
-
DANA Kaget Banjir Rejeki: Tips & Trik Jitu Klaim Saldo Gratis Hingga Jutaan Rupiah di Sini
-
Waspadai Kendal Tornado FC, PSS Sleman Janjikan Tampil Trengginas di Kandang
-
Efisiensi Anggaran "Memangkas" Kebudayaan? Komikus Yogyakarta Angkat Bicara Lewat Karya