Muhammad Ilham Baktora
Senin, 15 September 2025 | 17:43 WIB
Ribuan mahasiswa membuat lodok untuk mengatasi sampah organik di Yogyakarta, Senin (15/9/2025). [Kontributor/Putu]

Saat sampah terurai, cairan lindi yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman di pekarangan.

Mereka juga membuat teknologi sederhana dalam bentuk lodok atau lubang biopori dari pipa pralon yang ditutup tanah.

Warga diajarkan membuang sampah organik di lodok yang dibangun di rumah-rumah mereka.

"Kalau dilakukan terus menerus, hasilnya bisa ekonomis. Bahkan, anak-anak bisa ikut mempraktikkan di rumah. Tidak harus ukuran besar, ember kecil pun bisa," jelasnya.

Sementara Kepala Dusun Cambahan, Solihin Nurcahyo mengaku inisiatif mahasiswa membawa dampak positif, sekaligus menyadarkan pentingnya kemandirian dalam mengolah sampah.

"Sebab selama ini walaupun sudah ada petugas sampah lewat iuran, banyak warga yang menyepelekan pengolahan sampah dapur mereka," jelasnya.

Ia menambahkan, program ini masih percontohan, sehingga satu ember tumpuk dipakai bersama tiga rumah.

Namun ke depan, diharapkan setiap RT bisa memiliki fasilitas serupa.

Tantangan terbesar, menurutnya, adalah kesadaran memilah sampah sejak dari rumah.

Baca Juga: STOP Bakar Sampah! Bupati Bantul Desak Warga Lakukan Ini untuk Selamatkan Lingkungan

Banyak warga yang merasa sudah membayar iuran sampah, sehingga tidak peduli lagi pada proses pengelolaan.

"Itu yang paling sulit. Padahal plastik ini sangat sulit diatasi. Jalan beberapa langkah saja sudah ketemu plastik," ujarnya.

Salah seorang mahasiswa, Nayla Nabila mengungkapkan gerakan ini bukan hanya sebatas praktik, tapi juga membawa pesan edukasi.

Lewat aksi di lapangan, mereka mengajak masyarakat mengubah cara pandang terhadap sampah, dari yang dianggap beban menjadi sumber manfaat.

"Sampah organik ternyata bisa diolah menjadi pupuk yang bermanfaat, ini yang coba kami sosialisasikan ke warga," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More