Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 26 September 2025 | 21:24 WIB
Aksi simbolik emak-emak dengan memukul panci menuntut hentikan MBG di kawasan Bundaran UGM, Jumat (26/9/2025). [Hiskia/Suarjogja]
Baca 10 detik
  • Korban MBG mencapai 8 ribu orang
  • Emak-emak di Jogja melakukan aksi simbolik dengan memukul panci
  • MBG harus dihentikan dan di evaluasi total, setelah itu baru dijalankan dengan rancangan yang lebih matang

SuaraJogja.id - Emak-emak di Yogyakarta menyatakan sikap tegas terkait kasus keracunan massal yang diduga akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Menurut mereka, peristiwa ini sudah masuk dalam kategori luar biasa dan tidak bisa lagi ditoleransi.

Tak hanya emak-emak, perempuan dari berbagai kalangan turut hadir dalam aksi ini. Aksi ini terdiri dari sekumpulan perempuan, ibu, akademia, aktivis, pegiat isu-isu sosial, dan seniman.

"Kita berkumpul untuk menyatakan batas sabar kami atas kondisi luar biasa peristiwa keracunan massal yang terjadi akibat program prioritas MBG di berbagai wilayah di Indonesia," kata Pegiat Suara Ibu Indonesia, Kalis Mardiasih kepada wartawan, Jumat (26/9/2025).

Diungkapkan Kalis, berdasarkan data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), jumlah kasus keracunan akibat program ini sudah mencapai 8 ribu orang.

Sementara menurut data Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), angka keracunan tercatat sebanyak 6.618 kasus hingga Selasa (24/9/2025) malam.

"Dan kami menyerukan 5 tuntutan, tuntutan yang paling utama adalah untuk menghentikan MBG dan evaluasi total," ujarnya.

Menurut Kalis, tuntutan mereka tidak sejalan dengan sikap pemerintah yang menyatakan akan memperbaiki program sambil terus berjalan.

"Jadi bukan seperti pernyataan pemerintah yang bilang kita akan perbaiki sambil program berjalan, tidak, kita tidak menerima itu," tegasnya.

Baca Juga: Petinggi BGN Tak Ada Ahli Gizi? Latar Belakang Ini jadi Sorotan di Kasus Keracunan Massal

Ia menekankan bahwa evaluasi hanya bisa dilakukan jika program MBG dihentikan.

Program ini tidak untuk dicoba-coba apalagi bagi anak-anak.

Sejumlah emak-emak memukul panci sebagai aksi protes penghentian MBG di Bundaran UGM, Sleman, Jumat (26/9/2025). [Hiskia/Suarajogja]

"Kita menyerukan untuk evaluasi total dengan menghentikan program ini karena kita tidak bisa melihat program ini di uji cobakan ya, seperti dicoba-cobakan, 'oke kita nanti perbaiki', padahal di setiap harinya itu ada nyawa anak-anak masa depan bangsa yang diresikokan," tuturnya.

Lebih lanjut, Kalis mengungkap bahwa kasus keracunan dari MBG kini bahkan tak hanya menimpa anak-anak.

Melainkan juga kelompok lain yang turut mengonsumsi makanan MBG, mulai dari orang tua bahkan guru.

Sebagai bentuk protes, emak-emak yang berkumpul di kawasan Bundaran UGM itu melakukan aksi simbolik dengan memukul panci yang telah mereka bawa dari rumah.

"Jadi kami di sini memukul panci itu menyatakan bahwa simbol ya, bahwa urusan pemenuhan gizi anak yang selama ini itu sudah diberikan oleh keluarga dan semuanya baik-baik saja karena program prioritas MBG itu akan diambil alih oleh negara dengan semena-mena dengan cara yang sentralistik, tata kelola yang sentralistik dan militeristik," ujar dia.

Ia juga menyayangkan langkah pemerintah yang dinilai tidak melibatkan program gizi yang sudah ada sebelumnya.

Justru malah membuat program yang terlalu sentralistik dan militeristik.

"Seperti program pemenuhan gizi yang dimiliki oleh kementerian kesehatan, oleh posyandu misalnya, pemberian makanan tambahan yang untuk ibu ambil dan menyusui, mereka nggak diajak ngobrol, gara-gara hanya memenuhi ambisi pelaksanaan program MBG yang sentralistik dan militeristik ini," ujarnya.

Load More