Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 28 September 2025 | 13:18 WIB
Ilustrsai sampah menumpuk di salah satu depo yang ada di DIY, Rabu (23/7/2025). [Kontributor/Putu]
Baca 10 detik
  • Sampah di wilayah Sleman masih didominasi oleh sisa sampah makanan
  • Terdapat 4 kapanewon yang menghasilkan sampah cukup banyak
  • TPST di Sleman diperkuat untuk menanggulangi persoalan sampah 

SuaraJogja.id - Empat kapanewon di Kabupaten Sleman, yakni Depok, Ngaglik, Gamping, dan Mlati, tercatat sebagai wilayah aglomerasi Yogyakarta yang menyumbang hampir 40 persen timbulan sampah di Sleman sepanjang 2024.

Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Sugeng Riyanta, mengungkapkan total produksi sampah dari empat wilayah tersebut mencapai 235,99 ton per hari (tph) atau setara 39,12 persen.

"Hampir 40 persen timbulan sampah berasal dari empat kapanewon ini," ujarnya, kata dia dikutip dari Harianjogja.com, Minggu (28/9/2025).

Rincian produksi sampah per kapanewon mulai dari Depok sebanyak 70,16 tph.

Selanjutnya Kapanewon Ngaglik adalah 56,77 tph. Berlanjut ke Gamping menghasilkan sampah 55,02 tph.

Kapanewon Mlati mengumpulkan sampah sebesar 54,04 tph.

Adapun kontribusi kapanewon lainnya mencapai 365,80 tph atau sekitar 60,78 persen.

Di antaranya Kalasan 46,10 tph, Sleman 38,60 tph, Godean 38,31 tph, serta wilayah lain seperti Moyudan, Minggir, Seyegan, Prambanan, Berbah, Ngemplak, Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan.

Secara total, timbulan sampah di Sleman sepanjang 2024 menyentuh 601,79 tph dari aktivitas 1.157.290 jiwa penduduk, dengan rata-rata 0,52 kilogram sampah per orang per hari.

Baca Juga: Jogja Terancam Wabah, Pengelolaan Sampah Buruk Picu Lonjakan DBD dan Leptospirosis

Data tersebut belum termasuk produksi sampah dari sektor wisata, hotel, restoran, dan usaha lainnya.

Sumber dan Jenis Sampah

Berdasarkan masterplan persampahan 2023, sumber sampah terbesar di Sleman berasal dari rumah tangga sebesar 68,67 persen.

Lalu Fasilitas publik tercatat 19,16 persen. Sementara sampah dari pasar sebanyak 9,34 persen.

Lainnya adalah perniagaan, perkantoran, dan sektor usaha lain

Jenis sampah paling dominan adalah sisa makanan (46,5 persen), disusul plastik (32,77 persen), dan kertas/karton (17,08 persen).

Sisanya berupa logam, kain, kaca, hingga kardus/kulit.

Peningkatan Sampah ke TPA Piyungan

DLH mencatat tren peningkatan sampah yang masuk ke TPA Piyungan dari Sleman.

Pada 2019, Sleman mengirim 184 tph dari total timbulan 699,12 tph. Angka tersebut naik menjadi 288 tph pada 2022.

Untuk menekan beban TPA, Pemkab Sleman terus membangun dan mengoperasikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Saat ini terdapat tiga TPST yaitu, TPST Tamanmartani, Kalasan.

Lalu ada TPST Sendangsari yang berada di Minggir, dan TPST Donokerto, Turi yang masih diuji coba.

Rencana pembangunan TPST baru di Sumberarum, Moyudan, sempat diajukan.

Namun, realisasinya tertunda karena izin penggunaan Tanah Kas Desa (TKD) belum terbit.

Hingga kini, belum ada kepastian apakah pembangunan bisa dilanjutkan pada 2026.

Load More