- Pengamen di Malioboro akan mendapatkan tempat untuk tetap berkarya
- Ada sekitar 5-10 titik yang bisa dijadikan tempat pengamen unjuk gigi di hadapan wisatawan
- Para pengamen juga akan diarahkan untuk mengisi hiburan di restoran bahkan hotel
SuaraJogja.id - Keberadaan pengamen di kawasan sumbu filosofi Yogyakarta, khususnya di sepanjang koridor Tugu Golong Gilig, Malioboro hingga Titik Nol Km semakin menjadi sorotan.
Bilamana tidak, keberadaan sebagian pengamen justru meresahkan karena menodong atau memaksa pengunjung dan wisatawan untuk memberikan uang pada mereka.
Karena itu Pemkot akan melakukan penertiban pada pengamen-pengamen di kawasan tersebut.
Apalagi saat ini tercatat sudah ada lebih dari 60 pengamen yang beroperasi di kawasan Sumbu Filosofi.
"Publik kan sering mengeluhkan cara mereka, bukan hanya soal suaranya. Ada yang terkesan memaksa [minta uang], ini yang menimbulkan keresahan," papar Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo di Yogyakarta, Senin (30/9/2025).
Hasto menyebut, Pemkot saat ini, sudah mengidentifikasi setidaknya 60 pengamen yang rutin beraktivitas di kawasan Malioboro dan sekitarnya.
Mereka menggantungkan sepenuhnya mata pencaharian dari aktivitas mengamen.
Untuk mengatasi keresahan tersebut, Pemkot bersama Dinas Sosial dan Dinas Kebudayaan menyiapkan skema penataan.
Salah satunya dengan menentukan 5 hingga 10 titik resmi di sepanjang jalur Nol Km hingga Tugu.
Baca Juga: Lampu Merah Bebas Pengamen? Jogja Siapkan Jurus Jitu 'Zero Gepeng'
Titik-titik tersebut nantinya menjadi panggung atau lokasi tetap bagi pengamen untuk tampil.
Dengan demikian interaksi dengan wisatawan bisa lebih teratur dan tidak mengganggu arus lalu lintas pejalan kaki.
"Kalau ada titik resmi, mereka tidak lagi meminta langsung di jalan atau di depan orang. Jadi penampilannya bisa dinikmati dengan lebih wajar. Ini juga bagian dari menjaga marwah kawasan sumbu filosofi," ungkapnya.
Selain penempatan lokasi, Pemkot juga berencana memberikan pelatihan.
Pengamen akan didampingi untuk meningkatkan kualitas bermusik, memahami aturan tentang hak cipta dan royalti, hingga didorong menciptakan karya lagu sendiri.
Terlebih Sumbu filosofi Yogyakarta yang 2023 lalu ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Dunia Tak Benda merepresentasikan nilai kosmologi, harmoni dan keteraturan tata ruang.
Keberadaan pengamen yang kadang memaksa pengunjung untuk memberi uang bisa saja dianggap mencederai nilai filosofis tersebut.
"Kami ingin pengamen Malioboro bisa tampil profesional. Jogja ini gudangnya seniman, jadi harusnya bisa melahirkan karya baru, bukan hanya membawakan lagu orang lain," tandasnya.
Hasto menambahkan, penataan ini bukan untuk menghilangkan mata pencaharian para pengamen.
Sebaliknya, dengan adanya titik resmi, justru diharapkan mereka bisa mendapatkan penghasilan lebih baik dan stabil.
Apalagi Pemkot mewacanakan pengamen nantinya dapat mengisi acara di taman kota, restoran, atau hotel yang ramai, dengan syarat tertentu.
Bila penataannya rapi, maka wisatawan dan pengunjung akan terhibur alih-alih merasa terganggu.
"Malah bisa rindu dengan kehadiran pengamen Malioboro. Inilah yang ingin kami wujudkan: pengamen sebagai daya tarik budaya, bukan sumber keresahan," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
Terkini
-
Perdana Arie Veriasa Ditangkap Polda DIY, BEM KM UNY Tuntut Pembebasan, Ini Alasannya
-
Dulu Terjerat JI, Kini Keliling Jualan Mi Ayam: Perjalanan Penuh Lika-Liku Warjono Mencari Jalan Lurus
-
Dari Keresahan Jadi Daya Tarik: Yogyakarta bakal Arahkan Pengamen Malioboro Jadi Aset Budaya
-
Link DANA Kaget Aktif, Buruan Klaim Saldo Gratis Sebelum Kehabisan di Sini
-
Korupsi Dana Hibah Pariwisata: Kejari Buka Peluang Tersangka Baru, Siapa Menyusul Sri Purnomo?