- Kasus keracunan di sekolah yang ada di Mlati masuk dalam pengujian lab
- Dua menu yakni opor ayam dan anggur dituding jadi penyebab siswa keracunan
- Pemkab Sleman tak bisa memberikan sanksi terhadap dapur atau SPPG yang menyediakan makanan
SuaraJogja.id - Dinas Kabupaten (Dinkes) Sleman masih menunggu hasil uji laboratorium untuk mengetahui penyebab keracunan yang diduga dari menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Mlati.
Kini sejumlah sampel makanan sudah diambil dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Cahya Purnama, mengatakan bahwa uji laboratorium menjadi langkah penting untuk memastikan sumber penyebab keracunan yang dialami puluhan siswa dan guru di tiga sekolah.
"[Makanan] yang diambil sampelnya tahu balado, opor ayam, nasi, acar wortel, anggur. Nah itu, itu yang diambil sampelnya," kata Cahya saat ditemui wartawan, Selasa (27/10/2025).
Disampaikan Cahya, proses pemeriksaan laboratorium tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Mengingat setiap sampel harus melalui tahapan untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang mungkin terkandung di dalamnya.
"Belum keluar [hasilnya], biasanya kalau itu satu minggu, bisa 10 hari lebih, karena itu kita akan melihat sampel makanan itu dibiakkan dulu. Nanti bakteri apa yang terjadi di situ," terangnya.
Menurut Cahya, berbeda dengan pemeriksaan cepat di lapangan yang dilakukan dengan metode organoleptik atau panca indera, pengujian di laboratorium membutuhkan ketelitian lebih tinggi.
"Kalau untuk melihat itu mengandung bakteri apa, ya harus diambil sampelnya kemudian dibiakkan dulu. Nah itu butuh waktu, tidak bisa serta-merta," lanjutnya.
Baca Juga: Miris, Mahasiswa Jadi Penyebab? Dinsos DIY Beberkan Fakta di Balik Kasus Pembuangan Bayi di Sleman
Cahya memastikan bahwa seluruh sampel makanan telah dikirim ke laboratorium oleh tim dari Puskesmas Mlati 1.
"Sudah, pasti sudah di lab. Dilakukan oleh Mlati 1 kemarin yang mengambil," ucapnya.
Ia menyebut, dapur penyedia makanan MBG yang dikaitkan dengan kasus dugaan keracunan berasal dari wilayah Sinduadi, Mlati.
Dapur tersebut melayani distribusi makanan untuk 14 sekolah, termasuk tiga sekolah yang dilaporkan mengalami gejala keracunan massal.
"Sekolah yang makan dari MBG itu ada 14 sekolah, yang keracunan itu dari 14 sekolah yang mengalami keracunan di SMP Negeri 2 Mlati, MAN 3 Mlati dan SD Jombor Lor," tuturnya.
Berdasarkan catatan Dinkes Sleman, hingga 27 Oktober 2025 terdapat 59 orang yang menjalani rawat jalan, 120 orang berobat mandiri, 18 orang dirawat di RSU Sakina Idaman dan satu orang sempat dirawat di RSA UGM. Seluruhnya kini telah dinyatakan membaik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
Terkini
-
Jangan Anggap Sepele, Demam Plus Nyeri Betis? Awas Leptospirosis, Sleman Catat 9 Kematian
-
DBD di Sleman Terkendali Berkat Wolbachia? Ini Strategi Dinkes Jaga Efektivitasnya
-
Bahaya! Kasus Leptospirosis di Sleman Renggut 9 Nyawa, Episentrum Bergeser ke Permukiman Padat
-
Generasi Muda Sulit Dapat Pekerjaan Layak, Ekonom UGM: Sistem Belum Berpihak pada Kemampuan Mereka
-
Kasus Keracunan Siswa di Mlati ke Tahap Uji Lab, Opor Ayam hingga Anggur jadi Biang Kerok?