- Perajin Batik Tulis Giriloyo Bantul terus mempertahankan idealisnya
- Dilematis sebagai pembatik di era saat ini diuji penuh
- Pembatik dan industri terus berkolaborasi untuk bisa diterima masyarakat di setiap masa
SuaraJogja.id - Di tengah derasnya arus industrialisasi dan kemunculan batik printing yang kian mendominasi pasar, para perajin batik tulis di Giriloyo, Wukirsari, Bantul, masih teguh mempertahankan idealisme mereka.
Dengan tangan yang terampil dan hati yang sabar, para perempuan pembatik berjuang menjaga warisan budaya sekaligus menegakkan kemandirian ekonomi tanpa bergantung pada juragan.
"Dulu kami hanya buruh yang menjual hasil batik ke kota lewat juragan. Setelah gempa 2006, kami belajar banyak dari pelatihan yang difasilitasi LSM, mulai dari desain, pewarnaan, sampai pemasaran. Sekarang kami bisa menjual sendiri lewat koperasi," tutur Amiroh, salah satu pembatik senior sekaligus anggota Tim Desa Batik Giriloyo dalam Summer Course FKKMK UGM Yogyakarta, Minggu (2/11/2025).
Mak Miroh, sapaan Amiroh mengenang masa-masa sulit ketika para pembatik hanya menerima upah separuh dan harus menunggu lama untuk dibayar lunas.
Kini, lewat koperasi yang berdiri sejak 2018, mereka mampu mengelola produksi dan penjualan secara mandiri.
Di balik keberhasilan Giriloyo sebagai salah satu sentra batik tulis tertua di Yogyakarta, ada perjuangan panjang para perempuan pembatik.
Sebagian besar dari mereka memulai sejak usia sekolah dasar, bekerja di rumah-rumah juragan di kota, lalu kembali ke kampung halaman untuk membangun koperasi sendiri.
"Kami sekarang tidak menunggu juragan datang. Kami memproduksi, menjual, bahkan menerima tamu langsung ke galeri kami," ungkapnya.
Kerja keras tersebut akhirnya berbuah manis. Satu kain batik tulis yang dulu dihargai Rp150 ribu kini bisa mencapai Rp800 ribu hingga Rp1,5 juta tergantung tingkat kerumitan motifnya.
"Dulu membatik hanya sampai tahap pelilinan, proses pewarnaan dan finishing dikerjakan di kota. Sekarang kami mengerjakan semuanya sendiri, dari awal sampai akhir," jelasnya.
Namun kemandirian itu datang dengan tantangan baru, yakni risiko kesehatan akibat paparan bahan kimia pewarna.
Limbah batik, terutama dari zat pewarna sintetis dan minyak tanah yang digunakan untuk memanaskan malam, berpotensi mencemari lingkungan sekaligus membahayakan para pembatik yang setiap hari bersentuhan langsung dengan bahan tersebut.
"Tapi setelah kami mandiri buka koperasi, akhirnya ada pelatihan untuk mengurangi gatal-gatal karena bahan kimia," sebut dia.
Sementara tim Desa Batik Giriloyo, Tiyastiti Suraya mengungkapkan sejak mandiri memiliki koperasi, para perajin batik memikirkan bagaimana mengelola limbah.
Di desa wisata tersebut ada instalasi pengolahan air limbah terpadu (IPAL) sehingga tidak ada pembuangan ke sungai atau sawah.
"Sekarang kami juga sudah mulai beralih dari kompor minyak tanah ke kompor listrik, supaya lebih aman dan tidak berasap," ungkapnya.
Vena Jaladra, Dosen Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial FK-KMK UGM menambahkan, kolaborasi dengan kampus dan pemerintah sangat membantu para pembatik memahami risiko kerja dan menerapkan inovasi sederhana.
Di antaranya penggunaan kursi ergonomis untuk mengurangi nyeri punggung dan senam batik untuk mencegah carpal syndrome.
"Pembatik sekarang sudah lebih sadar pentingnya bergerak. Tidak lagi duduk delapan jam penuh, tapi tiap satu jam berdiri dan melatih otot," jelasnya.
Kisah para pembatik Giriloyo menarik perhatian kalangan akademisi dan praktisi kesehatan.
Sebagai bagian dari International Summer Course on Interprofessional Healthcare yang digelar FKKMK UGM, para mahasiswa internasional dari Belanda, Thailand, Pakistan, Myanmar, dan berbagai universitas Indonesia berkunjung ke Giriloyo untuk belajar langsung tentang penerapan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja di industri kreatif tradisional.
Ketua Tim Internasionalisasi FKKMK UGM, Dwi Aris Agung Nugrahaningsih, mengungkapkan kegiatan itu bertujuan menumbuhkan kesadaran global tentang pentingnya tempat kerja yang sehat, tangguh, dan berkelanjutan.
"Kami ingin mahasiswa memahami bahwa kesehatan tidak hanya dibangun di rumah sakit, tetapi juga di tempat kerja, komunitas, dan lingkungan sekitar kita," paparnya.
Dwi Aris menyebut, para mahasiswa tak hanya mengamati secara langsung tahapan pembuatan batik tulis namun juga mempelajari praktik keselamatan sederhana namun vital.
"Di antaranya penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja dengan lilin panas dan pewarna kimia, serta pentingnya ventilasi ruang kerja yang baik," paparnya.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKKMK UGM, Ahmad Hamim Sadewa mengungkapkan dalam konteks industrialisasi global, isu kesehatan kerja memang menjadi perhatian utama bagi pekerja informal.
Berdasarkan laporan International Labour Organization (ILO), lebih dari 2,9 juta pekerja di dunia meninggal setiap tahun akibat penyakit dan kecelakaan kerja, sementara 374 juta kasus cedera dan penyakit akibat kerja terjadi setiap tahunnya.
Faktor risiko seperti paparan bahan berbahaya, posisi kerja yang tidak ergonomis, serta stres kerja kronis menjadi penyebab utama meningkatnya angka kesakitan dan kematian pekerja.
Di Indonesia, data Kementerian Ketenagakerjaan RI (2022) mencatat 265.334 kasus kecelakaan kerja yang sebagian besar dapat dicegah dengan penerapan protokol keselamatan yang lebih ketat.
"Angka kematian akibat kecelakaan kerja kini melampaui korban kecelakaan lalu lintas, perang, dan HIV/AIDS," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Target PAD Bantul di Ujung Mata: Strategi Jitu Siasati Pengurangan Dana Transfer Pusat Terungkap
-
Dari Kirab Kampung Hingga Pernikahan Anak Presiden: Kisah Sukses Pemuda Jogja Lestarikan Budaya Lewat Prajurit Rakyat
-
Satu Bulan Rampung? Progres Pemindahan Ratusan Makam Terdampak Tol Jogja-Solo Dipercepat
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Danantara dan BP BUMN Siagakan 1.000 Relawan untuk Tanggap Darurat
-
Bantu Korban Sumatera, BRI Juga Berperan Aktif Dukung Proses Pemulihan Pascabencana
-
Anak Mantan Bupati Sleman Ikut Terseret Kasus Korupsi, Kejaksaan Buka Suara Soal Peran Raudi Akmal
-
Imbas Jembatan Kewek Ditutup, Polisi Siapkan Skema Dua Arah di Sekitar Gramedia-Bethesda
-
Lambat Tangani Korban, Muhammadiyah Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional Sumatera