- Pemuda di Jogja menjaga budaya sekaligus melestarikan bregada rakyat
- Bahkan caranya melestarikan budaya juga menambah pundi-pundi pendapatannya
- Kelompok Prajurit Jogja 2 atau PJ2 adalah bregada rakyat yang ia cetuskan sejak 2015
SuaraJogja.id - Di tengah tren anak muda yang sibuk membuka kedai kopi, bisnis fesyen, atau usaha kuliner kekinian, seorang pemuda asal Kampung Dipowinatan, Kota Yogyakarta, memilih jalan hidup yang berbeda.
Alih-alih berjualan minuman estetik atau produk digital, ia justru membangun bisnis berbasis kebudayaan Jawa, yakni jasa bregada rakyat, laiknya prajurit-prajurit Kraton Ngayogyakarta.
Adalah Eras Yudhanto, pemuda berusia 33 tahun memilih jalur usaha antimainstream tersebut.
Bukan tanpa sebab, sejak kecil dia sudah akrab dengan suasana kirab dan iring-iringan prajurit yang kerap digelar di kampungnya.
Dari situlah muncul rasa kagum. Tak berhenti, dia pun tekad untuk tidak sekadar menjadi penonton dalam pelestarian budaya.
"Saya sering lihat bapak ikut kirab di kampung. Dari situ tumbuh rasa suka, ingin ikut melestarikan budaya Jawa lewat seni keprajuritan," ujar Eras dikutip Minggu (2/11/2025).
Eras pun akhirnya membuka langkahnya dengan mendirikan kelompok Prajurit Jogja 2 (PJ2) pada 2015 silwm.
PJ2 didirikannya sebagai wadah bagi anak-anak muda dari berbagai daerah di Kota Yogyakarta, Bantul, Sleman, Kulon Progo, hingga Gunungkidul.
Para pemuda yang memiliki minat serupa diajaknya gabung.
Baca Juga: Setelah 13 Tahun 'Mangkrak': 2 Kereta Kuda Keraton Yogyakarta Kembali 'Miyos'
Tak sekedar mencari uang, dia ingin anak muda ikut menjaga sekaligus menghidupkan kembali semangat prajurit rakyat dalam balutan seni dan kreativitas.
Nama Prajurit Jogja 2 sendiri, kata Eras, lahir dari rasa hormat terhadap Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Meski berakar pada tradisi keraton, PJ2 berkembang menjadi bentuk baru dari seni keprajuritan.
"Yang pertama dan asli tentu dari Kraton. Kalau kami ini versi keduanya, versi rakyatnya. Jadi nama Prajurit Jogja 2 itu semacam penghormatan sekaligus identitas," jelasnya.
Meski banyak anak muda yang bergabung, musik yang dimainkan bregada tetap mempertahankan nuansa klasik laiknya bregada keraton yang memainlan suling, tambur, dan terompet. Namun konsep itu dikreasikan agar lebih dinamis.
Kostum para anggotanya pun tak kalah menarik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Sleman Tutup Usia
-
5 Armada Bus Jakarta-Jogja Murah Meriah untuk Libur Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
-
Waspada Macet Total! Malioboro Tak Ditutup untuk Full Pedestrian saat Tahun Baru
-
Libur Nataru ke Sleman? Ini Sederet Event Natal dan Tahun Baru yang Bisa Dicoba