Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 04 November 2025 | 20:36 WIB
Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto memperlihatkan data kondisi cuaca Yogyakarta akibat cuaca ekstrem, Selasa (4/11/2025). [Kontributor/Putu]
Baca 10 detik
  • Dua kabupaten di DIY menaikkan status siaga  bencana di musim pancaroba ini
  • Kulon Progo dan Gunungkidul bersiaga dengan kemungkinan dampak dari bencana alam nanti
  • Relawan yang mayoritas warga dikerahkan untuk saling jaga

SuaraJogja.id - Dua kabupaten di DIY, yakni Kulon Progo dan Gunungkidul, telah menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi hingga 12 November 2025.

Penetapan ini dilakukan untuk mengantisipasi potensi bencana akibat cuaca ekstrem di wilayah DIY semakin meningkat.

Karenanya DPRD DIY mendesak Pemda bersikap lebih antisipatif dan responsif terhadap berbagai potensi bencana yang muncul seiring peningkatan intensitas hujan dan cuaca ekstrem di penghujung tahun ini.

"Pemda perlu ikut melakukan antisipasi lebih serius oleh seluruh jajaran pemerintah daerah," ujar Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto di Yogyakarta, Selasa (4/11/2025).

Menurut Eko, sepanjang tahun 2025, DIY sudah beberapa kali mengalami banjir, tanah longsor, serta peningkatan aktivitas Gunung Merapi.

Hal ini menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan lintas instansi dan koordinasi yang lebih kuat di seluruh tingkatan pemerintahan.

Eko menyebut, langkah cepat Kulonprogo dan Gunungkidul dalam menetapkan status siaga darurat hidrometeorologi sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi dampak hidrometeorologi.

Namun, ia menegaskan, dukungan penuh dari Pemda DIY tetap dibutuhkan agar langkah mitigasi di daerah rawan bencana bisa berjalan efektif.

"Kita akan ikuti bagaimana perkembangannya. Harapannya Pemda DIY memberikan support agar tidak ada korban jiwa maupun kerugian material," tandasnya.

Baca Juga: Waspada, Lonjakan Penyakit Landa Kulon Progo: ISPA Menggila, DBD Mengintai

Selain memberikan dukungan sumber daya, Eko menyebut koordinasi lintas instansi antara BPBD DIY, TNI, Polri, rumah sakit, dan pemerintah kabupaten/kota harus segera dilakukan.

Semua pihak pun harus memiliki rencana kontinjensi dan sistem peringatan dini yang berjalan efektif.

"Edukasi masyarakat harus terus dilakukan agar tangguh dan paham mitigasi bencana. Tujuannya meminimalkan korban dan kerugian," ungkapnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah memperingatkan potensi cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi yang bisa memicu banjir, longsor, maupun angin kencang di sejumlah wilayah DIY.

Untuk itu masyarakat dan pemerintah di semua tingkatan untuk aktif memantau informasi hidrometeorologi dari BMKG serta menjaga kondisi lingkungan sekitar.

Relawan kebencanaan dan komunitas lokal, seperti desa dan kelurahan tangguh bencana, Tagana, Linmas, dan Jaga Warga diharapkan ikut memperkuat sistem mitigasi berbasis masyarakat.

Load More