Karena usia lanjut, saudara Suyat kini tinggal di panti wredha. Ibu AM meminta agar ia dan keluarga dapat meninggali seluruh rumah tersebut. Ia pun membayar kontrak Rp 2,5 juta setahun.
"Tahun pertama anaknya enggak di sini. Tahun kedua di situ, tapi kok enggak pindah-pindah. Kalau katanya mau mertamu tapi enggak pulang-pulang," kata Suyat.
Seperti Nanik, Suyat pun merasa terganggu dengan kehadiran tamu-tamu asing yang berkunjung ke rumah AM. Sebelum melanjutkan kontraknya, ia sempat mengancam AM agar tidak membawa tamu asing lagi ke rumah.
"Di kontrak baru itu saya bilang, janji lho kalau anakmu masih suka nampa tamu (menerima tamu) malam-malam, tak suruh pergi. Jangan tinggal di sini," kata dia.
Baca Juga:Dibekuk Setelah Salat Duha, Terduga Teroris sempat Bergumul dengan Densus
Menurut Suyat, tamu-tamu asing itu biasanya datang dengan mobil Kijang warna biru. Sebagian temannya yang lain datang bergantian dengan motor. Mereka terkadang datang sore hari mendekati Maghrib atau sekitar pukul 21.00-22.00 WIB.
Suyat mengaku, hal itu terjadi cukup lama. Namun, sejak Januari 2019, AM tak pernah lagi membawa teman dari Malaysia ke rumah.
Ketua RT, Dwi Santoso, mengaku sudah mengingatkan AM. Sejak itu, tidak ada lagi pertemuan antar orang di rumahnya.
"Mungkin dengan cara dia ketemu dalam bentuk apa saya enggak tahu. Tapi yang jelas pernah. Masyarakat sudah tahu semua dan sudah diperingatkan," kata dia.
"Dari lingkungan ke-RT-an semua sudah memberikan imbauan kepada Saudara AM. Jangan ada kumpul-kumpul malam hari yang tidak jelas tujuannya," lanjut dia.
Baca Juga:BNPT Belum Endus Ada Ancaman Teroris Jelang Pencoblosan 17 April
Menurut Dwi, kejadian itu berlangsung sekitar dua tahun. Ia menduga mereka mengubah strategi pertemuan karena mengetahui kepedulian warga untuk mengantisipasi hal buruk di lingkungannya. Ia bersyukur warga sekitar terus memantau situasi dan memberikan peringatan keras.