Siswa yang lain, Aditho Suryo mengaku, setelah sekolahnya menerapkan GSM, ia bisa belajar dengan santai dan mengenali teman-temannya dengan baik. Apalagi, tiap pagi ada sesi berbagi yang mereka sebut 'sharing time'.
"Di sesi itu kami belajar mengungkap perasaan, menyelesaikan masalah melihat dari akarnya. Belajar sekarang lebih fun," ujarnya.
Pagi tadi, sebelum pelajaran dimulai, Aditho mendapat giliran untuk mengutarakan isi pikirannya.
"Di kelas, anak-anak itu ada yang gank (berkelompok), duduknya selalu berdekatan. Setelah sesi itu, tempat duduk mereka yang berkelompok itu dipisah, tidak lagi di situ-situ saja," tutur Aditho yang ingin penerapan GSM lebih maju waktu ke waktu.
Baca Juga:Bikin Gemas! Gempa Datang, Anak SMP Ini Justru Kegirangan
Wali Kelas 8 SMP N 2 Sleman, Yogyakarta Merita Wulansari mengungkapkan, SMP N 2 Sleman menjadi salah satu dari dua sekolah di Sleman, yang masuk menjadi proyek percontohan GSM di Yogyakarta.
GSM di sekolahnya baru dimulai pada Januari 2019. Dimulai dengan workshop dan pendekatan awal. Sekolah memilih untuk terlebih dahulu menumbuhkan lingkungan dan kebiasaan positif di dalam kelas, serta tugas-tugas berbasis project untuk menggali kreativitas anak.
Namun tak berbeda dengan apa yang telah dikisahkan oleh Aristha dan Aditho, sesi sharing time atau berbagi menjadi salah satu kegiatan yang memberikan dampak signifikan bagi siswa dan lingkungan belajarnya.
"Dalam sesi berbagi, guru hanya menjadi fasilitator. Di sana, anak-anak bersama teman-teman mereka mencari akar masalah yang dihadapi, apa yang harus mereka lakukan selanjutnya," kata Merita yang juga Guru Bahasa Jawa itu.
Sesi berbagi yang hanya membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit itu, membantu guru dalam membangun karakter anak, terutama dalam hal keterbukaan, komunikasi dan kejujuran.
Baca Juga:Siswa SMP Tewas Usai Dihukum, KPAI Kecam Sekolah Terapkan Hukuman Fisik
"Karena kalau memendam itu kan tidak baik ya," kata dia.