Dilema Petani Salak Menanti Panen Raya

Sigit memang sedang menunggu cuaca dan pengairan di kebunnya membaik. Tapi di sisi lain, ia juga ketar-ketir dengan harga salak.

Chandra Iswinarno
Kamis, 17 Oktober 2019 | 02:15 WIB
Dilema Petani Salak Menanti Panen Raya
Seorang petani salak memperhatikan tanaman yang dirawatnya di perkebunan kawasan Sleman. [Suara.com/Uli Febriarni]

Menurutnya, harga ideal salak itu Rp 3.500 atau Rp 4.000 per kilogram. Tetapi di kala itu, pedih tak terelakkan. Harga salak hanya terpojok di kisaran Rp 2.000 per kilogram. Bahkan pada panen tahun lalu, ada petani rela melepas salak yang mereka rawat pada harga Rp 1.500 per kilogram, itupun dibayar utang. Bulan berikutnya baru dibayar oleh pengepul.

"Kalau petani itu pendapatannya hanya bergantung pada satu sawah atau kebun salaknya tok, bagaimana? Ya gak masuk. Biaya untuk sekolah anak-anak gimana?," tuturnya.

Sigit menjelaskan, usia tanaman salak punya usia maksimal 7-20 tahun. Semakin tua tanaman, panennya sedikit tapi buahnya besar-besar, kulit buah juga lebih tebal. Sedangkan tanaman salak muda, hasil produksinya banyak, hanya saja ukuran buah kecil-kecil.

"Kalau dihitung untung rugi ya sama saja," ujarnya.

Baca Juga:BMKG: Kemarau Diperkirakan Berakhir Pertengahan November

Selama ini, salak dirawat dengan teknik tertentu agar produktif. Mulai dari pemupukan sekira setahun dua kali atau setahun sekali.

Diikuti selanjutnya pemangkasan pelepah, membersihkan tangkai paska panen untuk membantu penyerbukan.

"Supaya siklus panen tidak hanya setahun dua kali, paling tidak setiap saat ada buahnya," ucapnya.

Ditemui di lokasi berbeda, warga Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Darto mengungkapkan, di kampungnya sejumlah kebun salak sudah berganti menjadi tanaman lain. Ia tidak tahu pasti kapan fenomena itu mulai terjadi. Hanya saja, diperkirakan petani salak mulai beralih dari menanam salak ke jenis tanaman lain.

"Sukar sekarang jadi petani salak. Apalagi salak bukan hanya di Sleman, menjualnya agak susah," ungkapnya.

Baca Juga:Hadapi Kemarau, Embung Jadi Solusi untuk Mengairi Lahan

Hama di Kebun Salak

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak