Misalnya saja seperti yang dilakukan oleh Aris Maulana Irawan, salah satu peserta Plasticology.
Dirinya menciptakan gambar gunung yang dihasilkannya dari tempelan potongan sampah plastik tadi.
"Workshop dengan mereka (teman-teman berkebutuhan khusus) perlu treatment berbeda, ini juga baru pertama kali (bagi saya)," tutur Bayak.
Perlakuan khusus tentunya dilakukan agar para pesera workshop ini mampu mengikuti kegiatan dengan maksimal.
Baca Juga:Hentak Panggung Biennale Jogja 2019, Begini Serunya Aksi Voice of Baceprot
Kendati anak-anak SLB sebagian besar merupakan tuna netra, Bayat menyebut mereka sangat hebat karena mampu menggunakan panca indra lainnya seperti penciuman serta perabaan dari sampah plastik menjadi sebuah karya.
Sebagian karya yang sudah jadi nantinya akan dipajang di instalasi milik Made Bayak.
Sebagai kenang-kenangan, sebagiannya lagi akan dibawa pulang oleh siswa SLB-A YAKETUIS.
Bukan hanya workshop saja, terdapat program lain seperti tur pameran berpemandu, wicara seniman, wicara kuratorial, simposium publik dan pemutaran film di dalam rangkaian acara Biennale Jogja 2019 ini.
Hal ini menjadi perwujudan salah satu fungsi Biennale yakni menyebarkan pengetahuan alternatif serta gagasan dalam ranah seni budaya kepada publik secara meluas.
Baca Juga:Ngobrol Seru Bareng AMUBA, Girlband Waria Pertama di Indonesia
Dengan demikian, diharapkan akan tercipta generasi muda yang penuh imajinasi, berlaku kreatifdan berpikir kritis untuk menjadi bagian dari upaya mengantisipasi kompleksitas masa depan.