Gagal Punya TPA di Prambanan, Sleman Bersiap Bangun TPST Sendiri

"Masyarakat kita itu kalau lihat air ngalir, mereka langsung buang sampah. Jadi penyumbang sampah itu dari masyarakat sendiri, membuat air tercemar."

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 10 Januari 2020 | 17:17 WIB
Gagal Punya TPA di Prambanan, Sleman Bersiap Bangun TPST Sendiri
Sampah tersangkut di salah satu sisi Selokan Mataram 2, area Babarsari, Sleman, Jumat (10/1/2020). Sampah di Selokan Mataram tampak menumpuk, saat saluran dalam kondisi minim air atau kering. - (SUARA kontributor/Uli Febriarni)

SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai ancang-ancang untuk membangun Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) mandiri.

Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pelayanan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman Sri Restuti mengatakan, sebelumnya Pemkab Sleman berkeinginan untuk memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di wilayah Prambanan.

Hanya saja, rencana itu pupus, setelah adanya penolakan dari warga setempat tahun lalu.

"Nantinya TPST yang dikelola pemerintah, dilengkapi teknologi [pengolahan sampah]," ujarnya kepada SuaraJogja.id, Jumat (10/1/2020).

Baca Juga:Bekap Anak Majikan Pakai Wallpaper Tembok, Kejiwaan Noviana Diperiksa

Ia menambahkan, saat ini terhitung, Sleman memproduksi sampah sebanyak 700 ton per hari. Sebelumnya, diketahui jumlah produksi sampah harian Sleman mencapai 800 ton per hari.

Jumlah itu berkurang karena adanya standar perhitungan produksi sampah yang berbeda.

"Kalau sekarang, dasarnya dari survei langsung di masyarakat. Saat penyesuaian masterplan, terhitung tiap satu orang menghasilkan 0,65 kg sampah per hari," kata dia.

Papan larangan membuang sampah di saluran, terpasang di salah satu titik saluran Selokan Mataram, di area Mlati, Sleman, Jumat (10/1/2020).- (SUARA kontributor/Uli Febriarni)
Papan larangan membuang sampah di saluran, terpasang di salah satu titik saluran Selokan Mataram, di area Mlati, Sleman, Jumat (10/1/2020).- (SUARA kontributor/Uli Febriarni)

UPT berharap, TPST terwujud dan pada akhirnya sampah bisa terkelola maksimal, sehingga tidak menjadi masalah di masyarakat.

Sementara, Kepala Operasional dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu - Opak (BBWSSO) Sahril mengatakan, pihaknya sering kesulitan berhadapan dengan kebiasaan sejumlah warga Sleman yang kerap membuang sampah ke Selokan Mataram.

Baca Juga:Bawaslu Laporkan Wahyu Setiawan ke DKPP, Bisa Cepat Dipecat

"Masyarakat kita itu kalau lihat air ngalir, mereka langsung buang sampah. Jadi penyumbang sampah itu dari masyarakat sendiri, membuat air tercemar," ujarnya.

Sahril menambahkan, BBWSSO memiliki petugas yang menjaga di sejumlah titik Selokan Mataram. Mereka akan membersihkan sungai bila ada sampah yang dibuang warga ke sungai, termasuk membersihkan sampah yang tersangkut di beberapa titik saluran.

Namun, tak jarang masyarakat membuang sampah pada malam hari, sehingga, mengingat keterbatasan Sumber Daya Manusia, BBWSSO menambah upaya dengan mengedukasi masyarakat dan memasang papan larangan membuang sampah ke sungai.

"Banyak sampah ada di Selokan Mataram 2, terutama di wilayah Babarsari. Sampah biasanya banyak di jalur saluran yang ada di banyak permukiman. Kalau sedikit permukiman, biasanya jarang sampahnya," ujarnya.

Sejumlah sampah yang tersangkut di salah satu sisi Selokan Mataram 2, area Babarsari, Sleman, Jumat (10/1/2020). Sampah di selokan mataram nampak menumpuk, saat saluran dalam kondisi minim air atau kering. (kontributor/uli febriarni)

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini