"Nanti kalau sudah produksi massal bisa lebih murah lagi. Kalau produk impor itu dipasarkan per unitnya Rp2,5 miliar, maka elto hanya kurang Rp25 juta," kata dosen prodi Fisika UGM ini.
Kuwat mengungkapkan, ke depannya, ia dan tim akan mengembangkan elto supaya tidak hanya berguna untuk industri makanan, melainkan juga kepentingan diagnosis medis dan industri farmasi, seperti deteksi penggunaan narkoba, tembakau gorila, lumpuh layu, dan deteksi penyakit lain.