Ada 2 Macam, Klitih Individu Dinilai Lebih Bahaya dari Klitih Berkelompok

"Sasarannya pun acak. Siapa yang mereka temui bisa menjadi korban," terangnya.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Minggu, 09 Februari 2020 | 14:20 WIB
Ada 2 Macam, Klitih Individu Dinilai Lebih Bahaya dari Klitih Berkelompok
Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) DIY Teguh Suroso - (Suara.com/Julianto)

"Jika dibandingkan antara miras atau narkoba, yang dominan masih miras," papar Teguh.

Ia menambahkan, klitih individu justru yang sangat membahayakan dan harus diberantas dibanding klitih kelompok. Pelaku biasanya berasal dari golongan ekonomi kelas menengah ke bawah dan juga keluarga broken home. Para pelaku dari golongan ini mencari teman di luar karena di rumahnya tidak ada orang yang bisa diajak mengobrol atau bermain. Di antaranya adalah anak pedagang mi ayam yang orang tuanya sibuk berdagang mulai siang hingga tengah malam.

Mereka juga melakukan pencarian jati diri dengan bergabung ke kelompok tertentu. Biasanya, aksi klitih inilah yang dijadikan pola rekrutmen terhadap junior-junior mereka.

Klitih di Yogyakarta - (Suara.com/Iqbal Asaputro)
Klitih di Yogyakarta - (Suara.com/Iqbal Asaputro)

Para junior atau anggota baru akan diterima menjadi bagian dari kelompok mereka ketika sudah berani melakukan aksi klitih. Dalam setiap aksi klitih, biasanya selalu ada junior dan senior, seperti yang terjadi di beberapa titik di wilayah Yogyakarta, yaitu Stadion Mandala Krida dan kawasan UGM.

Baca Juga:Deddy Corbuzier Luncurkan Buku Buat Generasi Millennial

"Kejadian tersebut dilakukan oleh klitih individu, di mana yang senior ada di belakang dan juniornya yang memboncengkan. Yang melakukan pembajakan adalah si senior yang ada di belakang," terangnya.

Setelah berhasil melakukan aksi klitih tersebut, maka junior sudah dianggap menjadi bagian dari kelompok tersebut. Pola rekrutmen ini dilakukan oleh kelompok, bukan geng sekolah seperti anggapan yang beredar selama ini. Mereka justru berasal dari kelompok-kelompok kecil yang sering nongkrong di suatu tempat.

Klitih berkelompok

Sementara, pelaku klitih yang beramai-ramai biasanya berasal dari geng sekolah meskipun tidak semuanya. Mereka melakukan penganiayaan lebih dengan spontan tanpa ada rencana terlebih dahulu dan untuk menunjukkan loyalitas terhadap geng mereka. Pemicunya pun juga merupakan hal-hal yang sepele, seperti ketemu saling pandang mata di jalan ataupun didahului ketika berkendara.

"Kalau kelompok yang ramai-ramai ini biasanya berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas," papar Teguh.

Baca Juga:Drama Buka Jendela Darurat Wing Air, Lelaki Ini Terancam 2 Tahun Bui

Biasanya, lanjut dia, kelompok ini adalah dari golongan orang mampu dan sudah pasti mendapat fasilitas lebih dari orang tua, dan yang menjadi pemicu aksi mereka adalah harmonisasi keluarga masih kurang. Anak-anak ini mendapatkan berbagai fasilitas, tetapi tidak menerima kasih sayang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini