Tujuh Profesor Pentaskan Beksan Pitutur Jati di Ultah ke-59 Paku Alam X

Mereka menampilkan tarian dengan luwes selama lebih dari 15 menit.

Galih Priatmojo
Jum'at, 13 Maret 2020 | 17:51 WIB
Tujuh Profesor Pentaskan Beksan Pitutur Jati di Ultah ke-59 Paku Alam X
Sejumlah profesor perguruan tinggi terkemuka di Jateng dan DIY mementaskan tarian Beksan Pitutur Jati di Ultah ke-59 Paku Alam X, Jumat (13/3/2020). [Putu Ayu Palupi / Kontributor]

SuaraJogja.id - Ada yang menarik dalam Tingalan Wiyosan Dalem atau Perayaan Ultah ke-59 Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Paku Alam X di Pura Pakualaman, Yogyakarta, Jumat (13/03/2020) siang. Sebanyak tujuh profesor atau guru besar dari sejumlah perguruan tinggi khusus menampilkan tarian Jawa "Beksan Pitutur Jati".

Ketujuh guru besar yang menarikan beksan ciptaan almarhum Paku Alam IX itu tersebut adalah Prof Dr Y Sumandiyo Hadi, Prof Dr Dr I Wayan Dana dari ISI Yogyakarta, Prof Dr Djazuli dari UNNES Semarang, Prof Dr Sri Rochana Widyastutieningrum, Prof Dr Nanik Sri Prihatini dari ISI Surakarta serta Prof Dra Indah Susilowati dan Prof Dr Ir Erni Setyowati dari UNDIP Semarang.

"Mereka menampilkan tarian dengan luwes selama lebih dari 15 menit," papar Humas Tingalan Wiyosan Dalem, KRT Radyo Wisroyo usai pentas.

Menurut Radyo, tari tersebut dipilih bukan tanpa alasan. Beksan Pitutur Jati memiliki makna yang sangat dalam. Pitutur bermakna ajaran atau nasehat dan jati berarti bersungguh-sungguh. 

Baca Juga:Orang Tua Waspada, Viral Video Terduga Pelaku Penculikan Anak di Yogyakarta

Karenanya tarian ditampilkan sebagai nasehat kepada generasi muda untuk berpegang teguh pada nilai-nilai luhur kebaikan, kesahajaan, tata krama dan kerendahan hati yang diajarkan leluhur.  Dengan demikian mereka tidak kehilangan arah dalam menjalani kehidupan.

Tarian tersebut juga menggambarkan kerukunan, keseimbangan, keserasian serta sikap saling menghormati. Penari laki-laki dan perempuan yang beriringan satu sama lain menyimbolkan keselarasan.

"Tarian ini dimaknai sebagai ajaran tentang kesungguhan, hati, sikap dan perilaku," jelasnya.  

Sementara Wayan mengungkapkan dia membawakan beksan tersebut sebagai pengingat agar pemimpin mau mendengar keluh-kesah rakyatnya. Tarian sudah ditarikannya selama dua kali.

"Jangan maunya yang di atas saja, tapi mau mendengarkan pula keluh-kesah dan informasi masyarakat perkotaan maupun perdesaan," imbuhnya.

Baca Juga:Info Pemadaman Listrik Yogyakarta Hari Ini, Sleman dan Bantul Terdampak

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini