Kampus Sepi karena Corona, Pedagang Warung Burjo di Jogja Mengeluh Rugi

"Saat corona santer diberitakan memang saya biasa saja. Namun saat ada yang positif hingga beberapa universitas libur, baru kami cukup khawatir."

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 18 Maret 2020 | 16:31 WIB
Kampus Sepi karena Corona, Pedagang Warung Burjo di Jogja Mengeluh Rugi
Suasana warung makan 24 jam atau warung burjo di Jalan Gayam, Baciro, Umbulharjo, Yogyakarta saat di siang hari, Rabu (18/3/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Sejumlah pengusaha warung makan 24 jam atau warung bubur kacang ijo (burjo) mengaku mulai terdampak diliburkannya sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta (PTS dan PTN) di Yogyakarta akibat virus corona. Pendapatan sehari-harinya mulai turun hingga merugi hampir 50 persen.

Salah seorang pedagang burjo di Jalan Gayam, Baciro, Umbulharjo, Yogyakarta, Jani (34), membeberkan bahwa jumlah pembeli yang rata-rata mahasiswa tak banyak terlihat berbelanja di warung makannya.

"Sejak Senin (16/3/2020) sampai sekarang [Rabu] memang jumlah pembelinya berkurang. Ada beberapa mahasiswa yang datang, tapi tidak banyak," kata Janu, ditemui SuaraJogja.id di warung setempat, Rabu (18/3/2020).

Jani menuturkan, sejak mendengar maraknya penyakit COVID-19 hingga sejumlah perguruan tinggi di Yogayakarta libur, pria asal Bandung ini cukup khawatir akan nasib bisnis yang dia lakoni.

Baca Juga:Cerita Gloria Jalani Isolasi Mandiri: Makan Diantar hingga Tidur Dipisah

"Saat corona santer diberitakan memang saya biasa saja. Namun saat ada yang positif hingga beberapa universitas libur, baru kami cukup khawatir karena imbasnya ke usaha ini," kata dia.

Jani mengaku, dalam sehari dirinya bisa meraup Rp600 ribu dari hasil jualannya. Namun, tiga hari belakangan, dalam sehari ia hanya mengantongi Rp300-400 ribu.

"Turunnya juga cukup banyak ya, karena pembeli kami yang kebanyakan mahasiswa ada yang pulang. Padahal perkuliahan masih berjalan. Karena maraknya virus ini jadinya pembeli was-was," kata dia.

Disinggung kebersihan makan dan cara pengolahannya, Jani menuturkan bahwa semuanya sudah dijaga dengan baik.

"Ada sejumlah orang yang khawatir karena makan di luar cukup berbahaya. Apalagi pemerintah meminta warga untuk tidak keluar rumah. Mungkin beberapa mahasiswa memilih memasak daripada membeli," katanya.

Baca Juga:Wisma Atlet Bakal Jadi Tempat Isolasi Pasien Corona

Salah seorang pedagang lain, Syafrudin, menjelaskan, dirinya hampir kehilangan 50 persen pendapatan selama berjualan tiga hari ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini