Update Corona Jogja 2 Mei 2020: Tiga Klaster Keagamaan jadi Faktor Utama

dr. Riris Andono Ahmad menyebut ketiganya yakni Klaster Umat GBIP, Klaster Jamaah Tabligh Sleman dan Klaster Jamaah Tabligh Gunungkidul.

M Nurhadi
Sabtu, 02 Mei 2020 | 16:55 WIB
Update Corona Jogja 2 Mei 2020: Tiga Klaster Keagamaan jadi Faktor Utama
Ilustrasi COVID-19 [Unsplash/Martin sanchez]

SuaraJogja.id - Jumlah pasien positif COVID-19 di DIY sudah mencapai 114 pasien hingga Sabtu (2/5/2020). Ada tambahan sepuluh kasus dibandingkan dengan sehari sebelumnya, penambahan ini sebagian besar berasal dari klaster tabligh Jakarta, Gowa dan sisanya memiliki perjalanan dari luar Jogja.

Berdasarkan data yang disampaikan Humas Jogja, total terdapat 888 pasien dalam pengawasan (PDP) dengan rincian 145 orang rawat inap, 692 selesai pengawasan dan 51 PDP dinyatakan meninggal. Sementara itu, ada 4861 orang dalam pengawasan (ODP) dan satu tambahan pasien yang dinyatakan negatif di wilayah DIY.

Dari 114 kasus positif yang telah terkonfirmasi per 2 Mei 2020, Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY telah dilakukan penyelidikan epidemiologi dan contact tracing. Tracing dilakukan untuk PDP maupun ODP.

Dalam penularannya, wabah COVID-19 di DIY sendiri dapat dikategorikan menjadi tiga klaster besar. Disampaikan oleh  Anggota Tim Epidemi Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY dr. Riris Andono Ahmad pada Jumat (1/5/2020) sore, ketiganya yakni Klaster Umat GBIP, Klaster Jamaah Tabligh Sleman dan Klaster Jamaah Tabligh Gunungkidul. 

Baca Juga:Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah Sudah Bahas Soal Momongan

"Dari hasil penyelidikan tersebut, diketahui terdapat tiga klaster besar yang ada di DIY. Masing masing klaster terkait dengan kegiatan keagamaan yang memicul munculnya kasus COVID-19 di kota ini," ungkap Riris di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY,.

Menurut Riris, klaster yang muncul di Sleman dan Gunung Kidul yang  berawal dari anggota jamaah tabligh yang baru pulang dari Jakarta. Klaster Sleman tersebar terutama melalui kegiatan pertemuan di tempat ibadah.

Sementara klaster Gunung Kidul disebarkan melalui kontak erat antar kasus. Klaster kasus Sleman telah mencapai generasi ke-3 (G3) sementara, klaster Gunung Kidul telah mencapai generasi ke 5 (G5). 

"Satu klaster di kota juga muncul dari jemaat GBIP yang terpusat di Kota Yogyakarta," jelasnya. 

Klaster tersebut berasal dari rombongan yang pulang dari pertemuan Sidone GBIP yang dilakukan di Hotel Aston, Kota Bogor pada Maret 2020 lalu. Penularan kasus pada jemaat GPIB terjadi karena adanya kegiatan intens dalam lingkungan gereja.

Baca Juga:Hari Ini 292 Orang Terinfeksi Virus Corona, Terbanyak dari Jakarta

"Dengan melihat adanya bukti penyebaran kasus yang disebabkan oleh adanya kegiatan perkumpulan, maka masyarakat diminta untuk tetap menjaga social distancing dan untuk sementara menghindari kegiatan yang bersifat kerumunan," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak