“Ini pun belum ketemu solusinya. Kalau bisa mereka yang terdampak ini diberikan insentif dari Pemerintah,” katanya.
Pihaknya juga menyoroti dampak psikologis yang dialami warga. Saat muncul berita bahwa anggota keluarga S reaktif COVID-19, warga terus dibayangi rasa khawatir.
Meski S tmerupakan warga yang tidak terlalu aktif di masyarakat, anak-anaknya diketahui cukup dekat berinteraksi dengan warga.
Sulistiono berpendapat, hasil dari rapid test belum belum bisa menjadi patokan utama seseorang terinfeksi virus corona.
Baca Juga:Berupaya Putus Penyebaran COVID-19, Jepang Percepat Peninjauan Remdesivir