Banyak Lagu Didi Kempot Soal Jogja, Ternyata Ini Alasan di Baliknya

Didi Kempot juga mengakui bahwa dirinya merupakan salah satu musikus dari luar Jogja yang justru banyak menulis lagu soal Jogja.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Selasa, 05 Mei 2020 | 14:27 WIB
Banyak Lagu Didi Kempot Soal Jogja, Ternyata Ini Alasan di Baliknya
Didi Kempot dan Nufi Wardhana - (YouTube/Nufi Wardhana)

SuaraJogja.id - Meninggal hari ini, Selasa (5/5/2020), penyanyi campursari Didi Kempot tidak pergi hanya meninggalkan nama tanpa legasi. Ratusan karya telah ia ciptakan yang kini akan terus dikenang.

Dari lagu-lagu yang ia tulis, Didi Kempot mengakui banyak di antaranya yang terinspirasi dari Kota Jogja. Hal itu ia sampaikan kala berbincang-bincang dengan Nufi Wardhana, musikus Jogja yang dikenal luas setelah menyanyikan dan menerjemahkan lagu Didi Kempot dari bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia, "Banyu Langit" salah satunya.

Nufi mengunggah video wawancara singkat itu ke YouTube pada 14 Maret lalu. Di video itu, ia sempat menanyakan kontroversi terkait terjemahannya.

Penyanyi 24 tahun itu mengaku sempat dikritik warganet karena dirinya dianggap memperkaya diri dengan karya orang lain. Namun rupanya, Didi Kempot tidak keberatan dan justru senang dengan terjemahan Nufi.

Baca Juga:Didi Kempot Meninggal Dunia, Ini 7 Fakta yang Jarang Diketahui Publik

Penyanyi berjulukan The Godfather of Broken Heart yang digandrungi banyak remaja itu juga menyebutkan bahwa Erix Endank Soekamti, produser "Banyu Langit" versi Bahasa Indonesia, telah meminta izin padanya untuk memodifikasi liriknya ke Bahasa Indonesia. Baginya, tidak masalah lagunya di-cover musisi lain asalkan telah meminta izin padanya.

"Karya seni saya monggo, nek arep nganggo [kalau mau pakai], monggo, silakan. Kula nuwun sing apik [permisi yang baik], sudah," ujar seniman yang sudah menulis hampir 700 lagu dan memulai rekaman sejak 1989 itu.

Dalam video berdurasi 14 menit 33 detik itu, Didi Kempot juga mengakui bahwa dirinya merupakan salah satu musikus dari luar Jogja yang justru banyak menulis lagu soal Jogja. Dalam beberapa lirik ciptaannya diketahui ada yang menyebutkan tempat-tempat wisata di Jogja, seperti Parangtritis, Gunung Api Purba, hingga Nglanggeran.

"Angin Malioboro, ya to? Lampu bangjo Malioboro, "Lingso Tresno", itu tentang Jogja semua itu," ujarnya.

"Kenapa? Kok Jogja kenapa?" tanya Nufi.

Baca Juga:Tak Merata, Kepala Desa di Gresik Tolak Cairkan Duit BLT Corona dari Jokowi

"Sangat menarik," sahut Didi Kempot.

Pria kelahiran Solo, 31 Desember 1966 ini menganggap Jogja menarik lantaran baginya, Jogja adalah tolok ukur untuk sebuah lagu bisa diterima masyarakat Indonesia.

"Karena buat saya, Jogja adalah barometer. Kalau lagu kita bisa diterima di situ, berarti insyaallah Indonesia mau menerima," jelas Lord Didi.

Alasan tersebut pun terbukti, kini hampir tak ada masyarakat Indonesia yang tak mengenal Didi Kempot dan lagu-lagunya sekalipun berbahasa Jawa. Bahkan, meski liriknya menyayat hati, anak kecil, remaja, hingga orang dewasa bisa menikmatinya dan seringkali mengundang mereka untuk berjoget.

Tak heran, Sobat Ambyar terpukul mendengar kabar duka kepergian sang maestro. Karyanya telah melekat di hati para penikmat musik yang selalu menanti untuk bisa menyaksikan konsernya secara langsung.

Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa (5/5/2020) pukul 07.45 WIB di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu Solo. Asisten rumah tangga Didi Kempot, Mbak Diah, mengatakan bahwa Didi Kempot memiliki riwayat sakit asma.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak