Kisah Ngatmi, Janda Hidup Seorang Diri yang Tak Tersentuh Bantuan

Tidak hanya saat ini, sudah bertahun-tahun Ngatmi tak mendapatkan bantuan dari pemerintah.

M Nurhadi | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 21 Mei 2020 | 19:05 WIB
Kisah Ngatmi, Janda Hidup Seorang Diri yang Tak Tersentuh Bantuan
Ngatmi saat diwawancarai wartawan, Kamis (21/5/2020). [Suarajogja.id / Mutiara Rizka]

SuaraJogja.id - Seorang janda asal Pulutan, Pendowoharjo, Sewon, Bantul berjuang seorang diri untuk bertahan hidup di tengah pandemi virus corona. Sehari-hari ia, bekerja serabutan membantu tetangganya dengan pendapatan paling banyak Rp 400 ribu sebulan.

Ia adalah Ngatmi, yang sudah menjanda sejak usia kehamilan dua bulan. Suaminya yang yang ketika itu berstatus mahasiswa berpamitan pergi bekerja. Namun, hingga kini laki-laki itu tidak pernah kembali dan Ngatmi harus berjuang menghidupi anaknya. 

Di usianya yang menginjak 68 tahun, masih segar di ingatan Ngatmi bagaimana perjuangannya dalam membesarkan putri semata wayangnya. Suatu hari, Ngatmi pernah terjatuh dan harus mendapatkan perawatan hingga ia akhirnya terpaksa menjual harta bendanya untuk membayar biaya perawatan. 

"Dulu ketika anak saya sakit, saya minta bantuan ke Pak RT, dia malah berkata agar saya mencarikan ayah anak saya aja daripada datang ke Pak RT," kata Ngatmi sambil mengusap air matanya.

Baca Juga:Ngumpet di Asrama, Tahanan Terjangkit Corona di Jayapura Kabur dari RS

Perjuangan Ngatmi dalam membesarkan putrinya yang lahir prematur juga tidaklah mudah. Bahkan, putrinya memiliki kaki yang tidak sempurna. Sempat berkeinginan menjajaki pendidikan di perguruan tinggi, namun keadaan akhirnya memaksa putri Ngatmi menjadi TKW di Malaysia. 

"Saya bilang, kita ini orang susah gak usah bercita-cita belajar yang tinggi. Kalau mau ke Malaysia malah boleh," imbuhnya. 

Kini, putrinya tinggal bersama suaminya di Temanggung. Semenjak putrinya bekerja di luar negeri, berbagai kebutuhan Ngatmi mulai terpenuhi.

Rumah yang ia tinggali saat ini merupakan peninggalan orang tua dan sudah dibangun oleh menantunya. Sayangnya, saat ini menantu yang bekerja sebagia guru honorer tersebut turut terkena dampak ekonomi akibat adanya wabah corona. 

"Kadang dalam sebulan dapat kiriman seratus apa dua ratus ribu dari anak saya, ya secukupnya untuk sebulan," ujarnya.

Baca Juga:Penularan Corona Masih Tinggi, Pemerintah Enggan Longgarkan PSBB

Ngatmi memaparkan, terkadang ia hanya memasak sayur yang ia tanam di sekitar rumahnya. Selama pandemi ini, pendapatannya semakin menurun. Ia juga tidak menerima bantuan apapun dari pemerintah. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini