Tanam Refugia untuk Basmi Hama, Lahan Cabai Janu Malah Kerap Buat Selfie

Janu sudah menerapkan metode organik memanfaatkan tanaman refugia sejak 2015 lalu.

Galih Priatmojo
Kamis, 09 Juli 2020 | 11:30 WIB
Tanam Refugia untuk Basmi Hama, Lahan Cabai Janu Malah Kerap Buat Selfie
Sejumlah warga foto di sekitar tanaman refugia yang terletak di lahan cabe milik Janu Riyanto, Kamis (9/7/2020). [Kontributor / Uli Febriarni]

SuaraJogja.id - Petani asal Kalasan, Janu Riyanto tengah mengembangkan metode organik dengan memanfaatkan tanaman refugia sebagai pengusir hama. Tapi siapa sangka, karena corak tanamannya yang menarik, lahan pertanian Janu kerap dijadikan ajang selfie alias swafoto.

Tren penggunaan metode organik belakangan memang tengah digandrungi sejumlah petani di Indonesia, salah satunya seperti yang diterapkan Janu Riyanto yang memanfaatkan tanaman refugia sebagai tanaman pengusir hama. 

Tanaman Refugia merupakan istilah dari berbagai jenis tumbuhan atau tanaman yang dapat mengundang dan menjadi mikrohabitat bagi musuh alami tanaman. Harapannya, dengan penanaman refugia dapat membantu mengendalikan organisme pengganggu tanaman secara alami.

Janu mengaku sudah mulai menggunakan tanaman refugia sejak 2015. Beberapa jenis bunga yang digunakan sebagai refugia antara lain bunga matahari, bunga kertas, bunga kenikir dan bunga amarilis.

Baca Juga:Bayi Ditelantarkan di Rumah Bersalin Sleman, Polisi Buru Pelaku

"Tujuan kami para petani ini, refugia itu untuk rumah musuh alami, untuk pengendalian hama pada tanaman," ungkap Janu yang merupakan Ketua Forum Petani Kalasan itu, Kamis (9/7/2020).

Menurut Janu, sebenarnya semua jenis bunga bisa digunakan sebagai tanaman refugia. Hanya saja, bila menggunakan bunga matahari misalnya, petani bisa mendapat keuntungan ganda.

"Petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Karena biji bunga matahari bisa dibuat kuaci dan laku dijual dengan harga bagus," ungkapnya.

Janu menggunakan refugia untuk melindungi tanaman cabai dan padi miliknya.

Penggunaan tanaman refugia sebagai anti hama, sesekali masih dibantu oleh obat kimia. Hanya saja dalam takaran lebih sedikit ketimbang tak menggunakan refugia sama sekali.

Baca Juga:Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, BPBD Sleman: Jalur Evakuasi Masih Baik

Jumlah takaran obat anti hama kimia disesuaikan dengan serangan hama dan jenis obat.

"Tapi kalau normalnya, cabai membutuhkan obat kimia sekitar Rp300.000 hingga Rp400.000 obat kimia, harga tersebut tergolong tidak mahal. Itu hanya obat insektisida saja, belum yang lain," terangnya.

Sedangkan bila petani menggunakan anti hama dengan menanam tanaman refugia, maka mereka tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, alias gratis.

Penggunaan obat kimia tetap diperlukan, hanya apabila ada serangan hama yang sudah di ambang batas.

"Tapi itupun tidak banyak," kata Janu.

Refugia ditanaman dengan cara membentuknya seperti memagari tanaman pangan. Perawatannya juga tergolong mudah, tapi yang perlu diingat, refugia tidak boleh disemprot dengan insektisida. Karena bisa mematikan musuh hama alami sebagai teman petani.

"Yang jelas, penggunaan refugia ramah lingkungan, aman dikonsumsi dan murah. Sedangkan anti hama kimia harganya mahal dan mengandung zat yang berbahaya, bila dikonsumsi oleh manusia," ucapnya.

Bila tanaman refugia sedang berbunga serentak, seperti sekarang ini, lahan cabai Janu terkadang menjadi tempat warga berswafoto. Pasalnya, perpaduan warna yang dimiliki oleh bunga matahari, bunga kertas sebagai refugia membuat lahan cabai milik Janu menjadi terlihat indah dan semarak warna.

Banyak pula, orang yang melihat tanaman refugia miliknya, meminta bibit atau benih bunga-bunga tersebut.

"Saya suruh ambil sendiri," kata dia.

Lahan cabai milik Janu juga terpilih menjadi satu dari sekian lahan milik petani lainnya, yang dievaluasi dan diamati oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian Yogyakarta.

BPSBP Yogyakarta meneliti kesehatan tanaman dari penyakit, keseragaman buah, menentukan waktu panen dan kesiapan panen tanaman cabai miliknya. Tahapan ini juga akan diikuti pula dengan  temu lapang bersama Pemkab Sleman dan institusi lain terkait.

Dari lahan cabai seluas 1.600 meter miliknya, sebanyak 1.500 meter digunakan untuk pembenihan cabai. 

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini