SuaraJogja.id - Almarhum Mbah Lindu sang legenda gudeg Jogja dikenang anaknya sebagai seorang ibu yang memiliki etos kerja tinggi. Lahono, putra kedua Mbah Lindu, menyebutkan bahwa ibunya tak pernah mau melepaskan gudeg yang diproduksi tanpa sentuhan tangannya, sekalipun hanya sekadar meminta anak-anaknya menambahkan sejumput bahan ke dalamnya.
"Ibu saya itu sukanya tahu [gudegnya] kurang apa, itu tahu. Jadi [dia minta], "Tambah ini tambah ini,"" ujar Lahono pada SuaraJogja.id seraya menirukan kalimat almarhumah, di rumah duka, Klebengan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Senin (13/7/2020).
Meninggal tepat setelah Maghrib, Minggu (12/7/2020), Mbah Lindu, kata Lahono, punya pesan kepada anak-anaknya, yaitu agar mereka tetap kompak usai ditinggal almarhumah.
"Pesannya itu, sama saudara itu, kalau ditinggal, tetap kompak selalu. Pesan yang terakhir itu malah merangkul saya, kasih uang. Kan kalau biasanya kan [almarhumah suka] kasih uang," ungkapnya.
Baca Juga:Kenangan Mbah Lindu, Bagikan Resep Berjualan Gudeg hingga Usia 97 Tahun
Lelaki berusia 60 tahun itu juga ingat betul, ibunya kali terakhir berjualan pada dua tahun lalu. Namun, soal resep, seakan itu masih jadi tanggungan Mbah Lindu.
"Kalau resep ia tetap megang, kontrol. Ibu ikut terus memantau produksi gudeg walau sedang kondisi sakit. Wong enggak bisa apa-apa itu, sama saya sering bilang "Tandangi [lakukan] itu, tandangi itu,"" kenang Lahono lagi, sembari meniru kembali.
Dengan semangat kerja keras dan etos tinggi, ibunya itu, bagi Lahono, seakan tak punya rasa lelah dan hanya mau bekerja keras.
"Maunya kerja terus. Kerja kerja kerja," tuturnya.
Lahono pun mengungkap resep penjual gudeg di kawasan Sosrowijayan ini. Ia mengatakan, resep dan teknik pengolahan gudeg yang digunakan ala ibunya akan tetap dipertahankan dalam meneruskan usaha gudeg Mbah Lindu.
Baca Juga:Kisah Mbah Lindu, Maestro Gudeg Yogyakarta yang Wafat di Usia 100 Tahun
Ia menyebut, usaha gudeg itu sedianya akan diteruskan oleh adik Lahono. Semasa hidup dan aktif memegang langsung pengolahan gudeg, almarhumah memasak gudeg menggunakan kayu bakar.
"Dari dulu masaknya dari kayu. Kalau masak pakai kayu, panasnya kan dari pagi terus, tidak sampai mati. Kalau pakai kompor itu sementara. Dan citarasanya beda," ungkapnya.
Ia menambahkan, gudeg yang dimasak tak menggunakan kayu bakar bukan hanya memiliki rasa berbeda, melainkan teksturnya juga akan lebih layu.
"Resep ini akan terus dijaga. Terus pokoknya," urainya.
Kontributor : Uli Febriarni