Terdampak Covid-19, Cerita Samhidayah Banting Setir Jadi Penjual Masker

Memutar otak untuk tetap bertahan hidup, Sam tak langsung memutuskan berjualan masker.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 02 Agustus 2020 | 19:45 WIB
Terdampak Covid-19, Cerita Samhidayah Banting Setir Jadi Penjual Masker
Pedagang masker asal Yogyakarta, Samhidayah (jaket hitam) saat menata masker di Jalan Imogiri Barat, Desa Sumberagung, Jetis, Bantul, Minggu (2/8/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

“Sehari bisa meraup Rp100 ribu, kadang juga tak sampai sebesar itu. Jadinya saya berjualan sendiri saja dengan hasil yang juga biasa. Jumlah ini memang cukup untuk keluarga, biaya lainnya dibantu juga dengan istri saya,” katanya.

Bertahan di dalam keterpurukan mungkin tak banyak orang bisa melaluinya. Bagi Sam, kehidupan adalah pilihan, apakah orang tersebut siap bertahan atau tidak.

“Sekarang hanya berharap dengan yang memberi rezeki. Bagaimana kondisinya saya tetap berusaha, masih banyak orang yang perlu saya hidupi,” katanya.

Lina Mardiana, pengusaha masker asal Yogyakarta, memberi keterangan kepada wartawan di kediamannya, Kampung Dipoyudan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, Jumat (30/7/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Lina Mardiana, pengusaha masker asal Yogyakarta, memberi keterangan kepada wartawan di kediamannya, Kampung Dipoyudan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, Jumat (30/7/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Seorang pedagang masker lainnya, Lina Mardiani, yang tinggal di Kampung Dipoyudan, Ngampilan, Kota Yogyakarta, juga mengalami keterpurukan sebelum memutuskan berjualan masker di tengah pandemi ini. Pengusaha ayam geprek ini nyaris bangkrut dan menutup usahanya sementara.

Baca Juga:Update Covid-19 Global: Afrika Selatan Kewalahan, Kurang Dokter dan Perawat

“Berjualan makanan memang belum tentu hasilnya sesuai yang diharapkan. Bagi saya memilih usaha di tengah kondisi seperti ini harus melihat peluang yang ada. Kebutuhan masyarakat terhadap masker cukup banyak, maka usaha ini yang saya ambil,” jelas Lina, yang memproduksi masker secara mandiri ini.

Wanita 53 tahun ini tak hanya berjualan masker, dirinya juga menyisihkan sebagian hartanya untuk membagikan makanan gratis tiap Jumat. Hal itu dia lakukan karena pernah menjadi orang serba kekurangan, termasuk seperti kondisi masyarakat yang dialami di tengah wabah ini.

“Saya pernah menjadi orang yang serba kekurangan. Bahkan pernah makan hanya dengan satu bungkus mi dibagi kepada tiga orang di dalam rumah. Maka saya tahu betul kondisi masyarakat saat ini dan perlu dibantu,” katanya.

Lina dan Sam merupakan sejumlah kecil orang yang terdampak Covid-19, merasakan keterpurukan dari usaha yang nyaris bangkrut. Namun bagi mereka, bertahan hidup tetap harus dilakukan, dan ada orang lain yang bergantung terhadap dirinya.

“Mungkin semuanya butuh proses. Namun yang penting, bagaimana manusia tetap bertahan dan berusaha dengan doa dan bantuan yang maha kuasa. Bagi saya tak ada yang sia-sia dengan usaha yang sudah dilakukan bahkan sampai merasakan kondisi jatuh miskin sekalipun. Tuhan masih memiliki rencana baik untuk masing-masing orang,” terang Lina.

Baca Juga:WHO: Dampak Pandemi Covid-19 Bisa Dirasakan Beberapa Dekade Mendatang

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini