SuaraJogja.id - Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan lagi dengan perempuan pedagang tahu goreng cantik yang sempat viral di beberapa media sosial (medsos).
Sosok yang menarik perhatian warganet itu ternyata bernama Galih Parama Arta. Saat ditemui Suarajogja.id, penjaja tahu goreng di Jalan Babarsari, Depok Sleman ini, mengaku tak bisa memasak.
Namun karena situasi Pandemi Covid-19, akhirnya ia belajar dan menemukan peluang berjualan yang tak membutuhkan ilmu khusus dalam meracik makanan.
Namun perempuan kelahiran Surakarta, 19 Desember 1990 tak menyangka, jika menjadi perhatian publik saat menjajakan makanan tersebut.
Baca Juga:Viral Galih Gadis Penjual Tahu di Sleman, Putar Otak Bertahan Saat Pandemi
"Awalnya tidak menyangka jika nantinya viral. Niatnya kan mencari penghasilan lain, dan kebetulan ada pembeli yang merekam dan malah viral di beberapa jejaring sosial," kata Galih Parama ditemui di tempat jualannya, Selasa (25/8/2020).
Wanita yang akrab disapa Galih ini, sebelumnya merupakan karyawan di salah satu perusahan properti di Kota Pelajar. Lantaran Pandemi Covid-19, perusahaan propertinya menjadi lesu. Galih mencari peluang dengan membuka usaha.
"Jadi karena dampak Covid-19 ini saya mencari usaha yang tidak mati. Akhirnya ada teman dari Jakarta yang menawari saya untuk membuka usaha tahu goreng itu. Kebetulan tahu goreng ini akan buka cabang di Yogyakarta dan saya terima tawaran itu," katanya.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menilai, peluang usaha tersebut lebih menjanjikan. Sehingga ia memilih terjun ke dunia marketing dan membuka usaha kuliner.
Kendati demikian, wanita berusia 30 tahun ini mengaku tak bisa memasak. Membuka usaha tahu goreng dia lakukan dengan belajar dan mengajak beberapa teman yang bisa membantunya memasak.
Baca Juga:Tong Tahu Tertinggal di Gang Sempit, Warganet Cari Penjual Tahu Keliling
"Sebenarnya saya tidak bisa masak. Jika berjualan gudeg, atau nasi uduk atau makanan khas Jogja lainnya saya akui tidak bisa. Tapi karena ada jualan yang cara memasaknya muda, akhirnya saya lakoni," kata dia.
Bukan tanpa alasan dia memilih tahu goreng sebagai usaha kulinernya. Sebab selain memasaknya cukup mudah, tahu goreng merupakan makanan ringan yang bisa dijadikan camilan.
"Memang tahu ini berbeda seperti tahu walik atau tahu lainnya di Jogja. Rasanya lebih gurih, dan satu lagi, tahu goreng ini dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Apalagi buat camilan," katanya.
Gerai tahu goreng yang dibuka mulai pukul 13.00 WIB banyak didatangi pembeli. Cukup menjajakan selama tujuh jam, tahu goreng miliknya selalu ludes terjual.
"Perasaan saya mungkin sehari laku terjual 200-400 tahu. Tapi antusias pembeli cukup besar. Biasanya sehari 1.500 tahu itu habis. Saya buka dari tanggal 19 Agustus lalu, dan tiap hari selalu ludes," jelas dia.
Galih melanjutkan, untuk membuat usaha di tengah situasi ini memang perlu melihat peluang.
Kendati demikian kemauan seseorang menjadi hal utama saat memutuskan membuka usaha.
"Saya rasa sudah kembali normal ya, meski dengan protokol dan aturan baru. Jadi mencari peluang dan membuat strategi yang tepat cukup penting. Misal usaha yang tidak mati seperti makanan, sembako. Ya harus cerdik melihat peluang yang ada," tambahnya.