Pemkab Sleman juga menyarankan desa wisata memiliki memorandum of understanding (MoU) dengan faskes terdekat. Dengan demikian, kalau ada pengunjung memiliki gejala COVID-19, mereka bisa langsung dibawa ke faskes tersebut untuk ditangani lebih lanjut.
Pengelola Desa Wisata Pentingsari, Doto Yogantoro, menjelaskan, sebelum menerima wisatawan, pihaknya telah terlebih dahulu menyiapkan protokol kesehatan di desa wisata, kemudian mengajukan permohonan ke dinas dan verifikasi lapangan. Tahap selanjutnya adalah pembukaan terbatas dan evaluasi.
Ia membenarkan masih ada pengelola desa wisata yang khawatir menerima wisatawan.
Hanya saja, siap atau tidak siap, pengelola harus siap membuka wisata di masa adaptasi kebiasaan baru karena sudah ada banyak warga yang menanyakan.
Baca Juga:Kocak! 7 Momen Lucu dan Curhatan Murid pada Guru saat Pelajaran Jarak Jauh
"Model kami kan reservasi, jadi tamunya bisa dibatasi," ungkapnya.
Dispar Sleman punya sejumlah event selama pandemi
Di kesempatan sama, Sudarningsih menyebut, ada tiga kegiatan berskala besar yang diselenggarakan Pemkab Sleman, bekerja sama dengan sejumlah pihak, di masa pandemi. Kegiatan itu diselenggarakan dalam rangka menggerakkan ekonomi masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Berikut ini tiga kegiatan tersebut:
1. Sleman Temple Run
Kegiatan ini ilaksanakan dalam rangka hari pariwisata internasional. Sleman Temple Run akan berlangsung pada 27 September 2020, sedianya menghadirkan 500 orang peserta dari dalam dan luar DIY serta warga asing yang berdiam di Indonesia selama pandemi.
Baca Juga:Lost Saga Remastered Bakal Segera Diluncurkan, Masa Pre-Registrasi Dibuka
2. Tour de Merapi
Peserta akan mengunjungi desa wisata dan menggerakkan ekonomi masyarakat di desa wisata
3. Lomba Sapta Pesona
Kompetisi ini menilai kriteria hotel, restoran, dan destinasi di Sleman yang menerapkan protokol kesehatan yang baik.
"Jadi kalau dulu berpegang pada layanan layanan publik, sekarang lebih tekankan pada penerapan kesehatan," kata Ning.
Kontributor : Uli Febriarni