Ciptakan Pasar Kali Online, Cara Warga Urban Code Berdaya di Tengah Pandemi

Dicetuskannya Pasar Kali Online untuk memudahkan pedagang menerima pesanan dan menjajakan barang jualannya.

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 03 September 2020 | 08:27 WIB
Ciptakan Pasar Kali Online, Cara Warga Urban Code Berdaya di Tengah Pandemi
Penggagas Pasar Kali Online, Anang Naschihudin menunjukkan Instagram PKO saat ditemui wartawan di Kampung Ledok Tukangan, Tegalpanggung, Danurejan, Kota Yogyakarta, Rabu (2/9/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

PKO mengggandeng 3 RW yang berjumlah lebih kurang 1.500 orang. Awalnya Terdapat 35 pedagang yang terdaftar di PKO. Kendati demikian pihaknya menjaring para pedagang lainnya hingga berjumlah 19 orang.

Seorang warga yang juga pedagang di Pasar Kali Online menata makanan berupa kering tempe dan kentang goreng dalam sebuah wadah di Kampung Ledok Tukangan, Tegalpanggung, Danurejan, Kota Yogyakarta, Rabu (2/9/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]
Seorang warga yang juga pedagang di Pasar Kali Online menata makanan berupa kering tempe dan kentang goreng dalam sebuah wadah di Kampung Ledok Tukangan, Tegalpanggung, Danurejan, Kota Yogyakarta, Rabu (2/9/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

"Jadi kami lakukan agar makanan yang dijual berbeda-beda. Karena jika ada dua yang sama dikhawatirkan satunya bisa laku, satu lainnya bisa jadi tidak laku," terang Anang.

Memasuki new normal, PKO mulai mengalami peningkatan. Pembeli tak hanya warga Ledok Tukangan namun sampai luar wilayah Danurejan.

"Karena awalnya mempromosikan di media sosial, akhirnya hampir semua orang bisa memesan. Hingga hari ini orang dan warga dari luar sering memesan makanan yang dijual di PKO," terang dia.

Baca Juga:Muncul 29 Kasus Baru di DIY, 12 Warga Kota Jogja Positif COVID-19

Menggandeng anak muda, PKO menggunakan jasa pengantaran secara mandiri. Dirinya menyediakan motor pribadi. Selain itu pengantaran juga dilakukan dengan sepeda kayuh.

"Karena momennya banyak orang bersepeda, kami juga menggandeng anak muda di sini mengantar pesanan para pedagang. Jadi jika diluar ring (wilayah Danurejan) akan dikenai biaya tambahan untuk pengantaran. Untuk pengantaran ada biaya administrasi sebesar Rp3 ribu jika tambahannya Rp2 ribu per kilometernya," kata dia.

Bukan tanpa alasan pengantaran dilakukan secara mandiri. Jika menggunakan jasa ojek online, biaya pengantaran kadang lebih mahal dari barang yang dibeli.

Inovasi yang digagas warga Kampung Ledok Tukangan mendapat respon yang cukup baik dari warga. Bahkan beberapa barang jualannya banyak dipesan oleh pembeli dari luar kampungnya.

Sri lestari (30), pedagang ayam goreng di RT 12/RW 3 mengatakan dirinya bisa mendapat 2-3 orderan dalam sehari.

Baca Juga:UGM: Pergerakan Manusia Sebabkan Mutasi COVID-19 Sampai ke Jogja dan Jateng

"Jadi lebih mudah mendapat pelanggan. Biasanya 2-3 pesanan tiap hari. Saya juga buka warung di sekitar rumah jadi pemasukan dapat juga dari orang yang makan di sini," ujar dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak