"Siapa, sih, yang nggak kenal Patrick. Patrick itu antitesisnya Spongebob. Patrick itu gambaran manusia menurut aku yang sesungguhnya," jelas Agustin sambil memamerkan tatonya.
"Dia tidak melihat orang itu baik, buruk, pinter, bodoh. Dalam pikiran dia itu, adalah bagaimana dia memanusiakan manusia. Itu yang sering kita lupakan."
Seperti kebanyakan orang, tentu Agustin ingin menyebut dirinya sebagai seseorang yang baik. Label 'manusia baik' masih dipandang sebagai sesuatu yang penting.
"Tapi menurut aku, Patrick tidak. Patrick tidak butuh pelabelan apapun, tidak butuh moralitas yang berlebihan."
Baca Juga:Cilik tapi Berani! KetjilBergerak Warnai Jogja dengan Seni dan Berbagi
Selain tato Patrick, Agustin juga menato sosok Tan Malaka. Hal ini dilakukan karena Agustin belajar banyak hal dari sosok guru dan filsuf Indonesia tersebut.

Deretan tato di tubuh Agustin juga tidak bisa dinilai dengan uang. Meski proses menato tubuh dikenal sebagai sesuatu yang rumit dan tidak murah, Agustin ternyata pernah mendapat tato gratis.
Tato Tan Malaka tersebut adalah salah satunya. Saat itu, Agustin ditawari oleh artis tato asal Jakarta bernama Angki. Setelah memenangkan lomba, Angki ingin menato Agustin sebagai hadiah. Jadilah tato Tan Malaka di lengan kiri bawah Agustin tersebut.
"Kebetulan mereka semua memiliki harga tinggi, tapi saya tidak pernah mendapat harga standar mereka, jadi tidak bisa diukur dari mana yang paling mahal," kata Agustin soal tato-tatonya.

Makna tato dari mereka yang tidak bertato
Baca Juga:Dulu Kumuh, Komunitas Bendhung Lepen Ubah Selokan Mrican Jadi Objek Wisata
Selain Agustin, Suarajogja.id juga berkesempatan mewawancarai Flo Putri Arum atau yang akrab disapa Flo. Beda dengan Agustin, admin dari komunitas PTI ini sama sekali tidak bertato.