Sehari Jual Sayur Dapat Rp10 Ribu, Karjiyem Sendirian Rawat Anaknya Lumpuh

Yatmi sudah divonis menderita sakit polio sejak lahir, sehingga sebagian besar organ tubuhnya telah lumpuh.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Selasa, 29 September 2020 | 16:11 WIB
Sehari Jual Sayur Dapat Rp10 Ribu, Karjiyem Sendirian Rawat Anaknya Lumpuh
Karjiyem (63), penjual sayur Pasar Playen, warga Pedukuhan Ngondel Kulon, RT 04 Kalurahan Krambil Sawit, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul - (SuaraJogja.id/Julianto)

SuaraJogja.id - Beban berat harus ditanggung oleh Karjiyem (63), warga Pedukuhan Ngondel Kulon, RT 04 Kalurahan Krambil Sawit, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Di usianya yang sudah senja seperti sekarang ini, ia harus menanggung beban cukup berat.

Setiap hari ia harus mengurus anak ketiganya, Yatmi (31), yang sama sekali tak bisa beraktivitas. Sepanjang hari, Yatmi harus berada di kursi roda ataupun tidur di tempat tidur lusuh miliknya. Yatmi sudah divonis menderita sakit polio sejak lahir, sehingga sebagian besar organ tubuhnya telah lumpuh.

Setiap hari Karjiyem harus berangkat ke Pasar Playen pukul 01.00 WIB untuk berjualan sayuran. Ia harus menempuh perjalanan cukup jauh sekitar 35 kilometer (km) untuk pergi ke Pasar Playen. Tak banyak sayuran yang ia bawa ke pasar, hanya dedaunan ataupun buah nangka muda yang sudah dipotong kecil-kecil.

"Hanya kecil-kecilan kok. Sudah tua, ndak bisa bawa kalau banyak," ujar Karjiyem, Selasa (29/8/2020), saat ditemui di rumahnya.

Baca Juga:Keseringan Minum Boba Drink, Kaki Wanita Ini Nyaris Diamputasi, Kok Bisa?

Tak banyak yang ia dapat dari berdagang sayuran di Pasar Playen. Dari sayuran yang ia beli Rp60 ribu dari para tetangga, Karjiyem mengaku akan mendapat uang Rp100 ribu. Namun, keuntungan Rp40 ribu tersebut harus dipotong untuk ongkos naik mobil milik tetangganya sebesar Rp30.000. Ia bersama tetangganya memang selalu berombongan ke Pasar Playen dengan ongkos patungan per orang Rp30.000.

Meski demikian, pekerjaan yang telah ia jalani puluhan tahun tersebut tetap harus ia lakukan karena tak ada lagi yang bisa ia tekuni untuk menyambung hidupnya. Suaminya sudah meninggal puluhan tahun yang lalu, tepatnya ketika Yatmi berusia 9 tahun.

Sebuah beban tersendiri ketika Karjiyem harus meninggalkan anaknya di rumah untuk berjualan di Pasar Playen. Sebab, anak ketiganya tersebut sama sekali tak beraktivitas. Untuk buang air besar ataupun buang air kecil harus selalu ia bantu.

"Lha kalau tidak ada saya otomatis buang air ya ngebrok [di tempat]," paparnya.

Sebenarnya Yatmi tinggal di dekat saudaranya atau anak keduanya, yang juga terkadang membantu Karjiyem mengurus Yatmi. Namun, saudara tua Yatmi tersebut kini memiliki anak yang masih balita dan terkadang harus membantu suaminya mencari nafkah, sehingga Yatmi sering tinggal sendirian di rumahnya.

Baca Juga:Kebanyakan Konsumsi Boba, Gadis Ini Nyaris Lumpuh

Jika Yatmi sendirian, Karjiyem pasti pulang ketika matahari baru beranjak dari peranduan. Namun, ketika Yatmi ditemani saudara kandungnya, maka Karjiyem bisa lebih leluasa untuk berdagang di Pasar Playen. Terkadang ia bisa pulang sekitar pukul 09.00 WIB untuk mengurus Yatmi kembali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak