Dianggap Tanaman Liar, Warga Bantul Olah Bunga Telang Bernilai Ratusan Ribu

Danang mengaku selain mengikuti pelatihan cara belajar mengolah daun Telang juga didapat dari YouTube.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 01 Oktober 2020 | 07:14 WIB
Dianggap Tanaman Liar, Warga Bantul Olah Bunga Telang Bernilai Ratusan Ribu
Danang Ari Krisnadi, menunjukkan beberapa produk olahan dari bunga telang di rumahnya, Sirat RT. 3, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Selasa (30/9/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Bagi sebagian masyarakat, nama bunga Telang barangkali masih dipandang sebelah mata. Bunga bernama latin Clitoria ternatea yang memiliki bentuk mirip organ luar seksual wanita itu tak jarang masih dianggap sebagai tanaman liar yang tidak bermanfaat.

Padahal menurut Danang Ari Krisnadi, warga asal Sirat RT. 3, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, bunga Telang memiliki banyak khasiat bagi tubuh. Mulai dari meningkatkan imun tubuh, menurunkan kolesterol dan gula darah, mengobati asam urat, keluhan mata, dan pewarna rambut.

Melihat khasiat yang begitu banyak dari tanaman yang merambat tersebut, Danang, mulai mencari cara untuk memanfaatkan bunga itu. Dibantu oleh keluarganya di rumah, ia mulai menanam tumbuhan tersebut.

"Dulu tuh sebenarnya hanya iseng-iseng bapak mendapat bibit dari orang Sleman lalu ditanam dan ketika berbunga akhirnya dipanen tapi bingung itu mau dibuat apa. Awalnya dibuat minuman sama makanan tapi terus sudah biasa. Lalu coba dikeringkan ternyata ada yang minat, kok pesanan ada terus, akhirnya sampai sekarang," ujar Danang kepada awak media di rumahnya, Rabu (30/9/2020).

Baca Juga:Fakta Pasien Covid-19 di Bantul yang Meninggal Tanpa Ada Komorbid

Danang menjelaskan awalnya, memang bunga yang berwarna ungu tersebut hanya diolah sebagai minuman dan makanan saja. Mulai dari teh yang langsung diseduh hingga dikeringkan menjadi teh tubruk dan pewarna makanan lain, hingga puding.

Salah satu keluarga yang ikut membantu proses pengolahan bunga telang di Sirat RT. 3, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Selasa (30/9/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Salah satu keluarga yang ikut membantu proses pengolahan bunga telang di Sirat RT. 3, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Selasa (30/9/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Produksi tersebut awalnya hanya digunakan untuk konsumsi rumahan keluarganya saja. Namun saat coba untuk dipasarkan ternyata respon masyarakat cukup banyak yang tertarik.

Sebelum akhirnya menyadari bahwa bunga telang itu dapat diproduksi sendiri, Danang juga sempat hanya menyetorkan saja ke pengepul. Padahal harga jual yang diminta oleh pengepul bisa jauh lebih rendah dibandingkan dengan jika dijual sendiri.

"Saya berpikir kalau bisa menanam itu menghasilkan bukan hanya mengirim stok atau setor saja ke pengepul. Lalu kita coba buat sendiri produk dan siap pakai. Harga perkilo Rp150.000 perkilo telang kering cuma kalau dijual sendiri bisa sampai Rp.500.000 perkilo yang kering," ungkapnya.

Dari situ, Danang mulai memilih untuk memproduksi bunga telang itu sendiri di rumahnya. Produk yang dibuat pun produk yang sudah siap pakai atau siap konsumsi.

Baca Juga:Satu Lagi Pasien Covid-19 di Bantul Meninggal Tanpa Komorbid

Terinspirasi kondisi masyarakat yang membutuhkan konsumsi sehat di masa pandemi Covid-19, maka Danang mulai mengembangkan produksinya ke berbagai produk yang lain.

"Kalau dulu hanya produksi teh tubruk, kami coba inovasi baru. Terinspirasi dari banyaknya sabun dan hand sanitizer musim pandemi jadi kamu juga mulai mengolah bunga telang ini menjadi sabun. Daripada bunga ini tidak diminati masyarakat kita ubah menjadi agar bermanfaat bagi masyarakat," ucapnya.

Danang menyampaikan bahwa hingga saat ini sudah ada tujuh macam produk yang berhasil diciptakan oleh ia dan keluarganya. Mulai dari sabun batang, sampo, handsoap, bodywash, sirup, teh tubruk dan teh celup.

Belajar otodidak 

Danang mengatakan pihaknya selama ini hanya belajar secara otodidak untuk menghasilkan setiap produknya. Namun tidak hanya itu saja, pihaknya juga beberapa kali mengikuti pelatihan pengolahan serupa.

"Kalau produk sabun sendiri kita pernah ikut pelatihan. Ditambah dengan mengambil referensi google dan youtube. Kita juga kombinasikan produk-produk serupa yang pernah diproduksi untuk menciptakan sesuatu yang paling bagus," ucapnya.

Salah satu contoh yakni membuat teh dari bunga telang tersebut. Selain memperhatikan orang-orang lain yang sudah terlebih dahulu membuatnya, Danang lalu belajar sendiri untuk mengkombinasikan produk tadi agar sesuai dengan takaran dan kualitas yang diinginkan.

Semisal dari proses pembuatan teh itu sendiri, mulai dari pemetikan atau pemanenan bunga telang tersebut untuk selanjutnya dijemur dengan diberi penutup di atasnya. Proses penjemuran pun, kata Danang, paling lama dilakukan sehari hanya sampai pukul 15.00 WIB.

Setelah itu bunga telang yang sudah cukup kering tersebut akan dimasukkan ke dalam oven selama satu malam hingga nanti pagi hari diambil lagi ketika sudah mulai lebih kering. Agar membuat bunga itu makin krispi atau kering masih akan dijemur lagi setengah hari hanya sampai dengan jam 12.00 WIB.

"Walaupun jam 15.00 WIB sore itu masih panas tapi 12.00 WIB harus diangkat karena udara sudah lembab. Kalau tidak pakai oven bisa sampai 3-4 hari," katanya.

Menurutnya jika langkah-langkah tadi tidak dilakukan secara tepat hasilnya akan berbeda. Ada proses tersendiri yang kata Danang, dapat untuk menciptakan produk yang berkualitas dengan nutrisi dan kandungan vitaminnya juga masih bagus.

"Kita pernah coba jemur tanpa ada penutup jadi langsung kena sinar matahari rasanya kurang enak, aroma tidak sedap dan warnanya jadi putih," sebutnya.

 Produk-produk hasil olahan bunga telang yang dipajang, di halaman rumah Danang, di daerah Sirat RT. 3, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Selasa (30/9/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Produk-produk hasil olahan bunga telang yang dipajang, di halaman rumah Danang, di daerah Sirat RT. 3, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Selasa (30/9/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Terkait dengan pembuatan sabun, menurutnya memerlukan proses yang agak panjang. Selain itu belum adanya izin yang diberikan dari badan terkait menyebabkan pihaknya belum bisa melakukan pengedaran produk berbagai sabun itu secara luas.

Selain itu, produksi berbagai olahan bunga telang ini masih berputar di dalam bisnis keluarga saja. Setidaknya ada enam orang yang membantu produksi tersebut di rumahnya.

"Sejauh ini sudah ada lahan setidaknya di empat lokasi yang paling luas berukuran 12x8 meter. Dari situ bisa menghasilkan bunga telang sebanyak 5 kilogram basah. Kalau di rumah hanya 2 ons basah, dua tempat lagi ada yang setengah ons dan setengah kilogram," jelasnya.

Berniat berdayakan masyarakat sekitar

Danang mengungkapkan meskipun sejauh ini produksi bunga talang itu masih sebatas produksi rumahan tapi ia berniat untuk lebih mengembangkan usaha tersebut. Pengembangan tersebut nantinya juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar yang juga punya potensi.

Saat ini Danang tengah mempersiapkan hal tersebut dengan memfokuskan produksi atau panenan kepada biji bunga telang tersebut. Jika nantinya sudah banyak maka setiap warga sekitar bisa ikut menanam bersama di lahan masing-masing.

"Rencana memang untuk memberdayakan masyarakat. Maka kami memproduksi bijinya untuk masyarakat sini agar bisa sama-sama tanam semuanya. Kita tampung jadi satu, lalu produksi untuk kita jual," jelasnya.

Dikatakan Danang, saat ini pihaknya mentargetkan kebutuhan bunga telang kering setiap harinya sekitar satu kilogram. Namun beberapa bulan terakhir produksinya sempat menurun akibat cuaca yang tak menentu.

"Kami sempat mengalami penuruan produksi dari 700-800 gram kering turun menjadi 400 gram. Tapi untuk penjualan meskipun masih di Indonesia tapi setidaknya hampir setiap minggu terjual minimal satu kilogram," ungkapnya.

Produksi dengan nama Ash-Shikhah itu sudah masih terus memasarkan produknya lewat daring khususnya media sosial. Produk-produk herbal hingga sabun tadi dijual dengan kisaran harga Rp5.000 hingga Rp25.000.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak