Menilik Megahnya Joglo di Ngloro Gunungkidul yang Masih Terjaga Keasliannya

Bahkan salah satu rumah Joglo miliknya pernah ditawar oleh seseorang dengan harga Rp230 juta.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Rabu, 14 Oktober 2020 | 18:18 WIB
Menilik Megahnya Joglo di Ngloro Gunungkidul yang Masih Terjaga Keasliannya
Penampakan salah satu rumah joglo di Gunungkidul yang masih terjaga keasliannya - (SuaraJogja.id/Julianto)

"Semua masih asli, kalau menurut saya semakin lama justru kontruksinya semakin kuat. Asal tidak terkena air hujan saja aman tidak akan rapuh atau rusak," ucap dia.

Untuk merawatnya pun cukup mudah, hanya sesekali dibersihkan dari sawang [sarang laba-laba] atau kotoran-kotoran lainnya. Rumah itu secara keseluruhan masih asli dan kuno, turunan dari neneknya terdahulu. Bahkan lantainya pun juga tidak pernah diganti, hanya dari bebatuan yang sudah ada.

Ia sadar, joglo-joglo kuno milik keluarga besarnya banyak diburu para kolektor. Bahkan salah satu rumah Joglo miliknya pernah ditawar oleh seseorang dengan harga Rp230 juta, tetapi meski ditawar dengan harga cukup tinggi itu, ia tidak bergeming. Pasalnya rumah itu merupakan warisan, dan ia telah sepakat akan melestarikan cagar budaya bersama dengan pemerintah.

Rumah Joglo yang telah mendapat penghargaan dari Kemendikbud dan Pariwisata tahun 2011 lalu adalah rumah tradisional milik Mujono di Pedukuhan Gebang RT 16 RW 04, Kalurahan Ngloro.

Baca Juga:Uniknya Kampanye para Peserta Pilkada Gunungkidul, Ada yang Datangi Hajatan

Anak Mujono, Nur Isti Khomariyah (29,) menuturkan, rumah berukuran 26 x 12 meter persegi tersebut berdiri di atas tanah 1.191 meter persegi dan menghadap ke arah selatan. Rumah tersebut terdiri dari 5 rumah dengan bentuk dan fungsi yang berbeda.

"Ini sudah turun temurun. Warisan kakek canggah saya,"ujar Nur, Rabu, ketika ditemui di rumahnya.

Nur menyebutkan, paling belakang berbentuk limasan, rumah yang di tengah juga limasan dan bagian depan berbentuk joglo. Sementara di sisi kiri ada dua rumah berbentuk kampung yang masing-masing berfungsi untuk dapur dan tempat makan keluarga. Di depan 2 rumah kampung tersebut ada joglo yang baru didirikan.

Nur menjelaskan, rumah paling belakang berbentuk limasan merupakan warisan dari Mbah canggah dirinya atau mbah buyut dari ayahnya Mujono yaitu Karyo Setiko tahun 1930. Kemudian dari Karyo Setiko kepada simbahnya atau ibunya Marto Wiyono tahun 1952.

"Oleh Mbah Marto Wiyono diwariskan ke Supardi Wiyono pada tahun 1980, sehingga sudah turun menurun sebanyak 3 generasi," tambahnya.

Baca Juga:Pedagang Angkringan Jadi Korban Pelecehan Seksual, Pelaku Pelanggan Lama

Bangunan tersebut lantas didirikan di tanah tersebut baru tahun 1991. Saat itu, ibunya, yang merupakan anak pertama dari keluarga neneknya tersebut, 'disendirikan' dengan dibangunkan di Padukuhan Gebang. Saat diwariskan, rumah tersebut sudah pindah 3 kali dan semuanya di kalurahan Ngloro.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak