Warga mencoba bertahan dengan berjualan dan saling membantu tetangga lainnya. Meski demikian, kebutuhan tiap warga ikut berdampak, sehingga hanya bertahan sebentar.
Supargito tak menampik, masih ada beberapa warga yang memiliki sawah dan juga kebun di sekitar tempat tinggalnya. Dirinya, yang saat itu memiliki sisa kebun, memanfaatkannya untuk menanam sayur.

Hampir lima bulan penginapannya tak pernah didatangi pelanggan, sehingga dirinya bertahan dari bertani dan menjual sayur yang dia tanam.
"Salah satunya memanfaatkan ladang yang saya punya. Sayur yang bisa ditanam saya tanam dan hasilnya saya jual ke tengkulak. Walau sedikit tapi masih cukup untuk hidup," ujar pria gempal ini.
Baca Juga:Penjaga Homestay Tertidur di Sofa, Dua Pria Terekam CCTV Curi Ponsel
Supargito tinggal dan mengelola homestay bersama istri. Beruntung masih ada sisa tabungan yang dia simpan, sehingga kebutuhan makan bisa tercukupi hingga saat ini.
Menjalani kondisi ekonomi yang turun drastis selama lima bulan seperti ujian hidup yang tak dilupakan Supargito. Dirinya tetap bekerja meski usia sudah menginjak 70 tahun. Hal itu dilakukan lantaran anak-anaknya berada di luar kota, sehingga dibatasi untuk datang ke Yogyakarta.
Kondisi kasus pasien positif Covid-19 secara signifikan masih bertambah. Namun sejumlah objek wisata telah dibuka kembali.
Pelan tapi pasti, penginapan Supargito mulai didatangi pelanggan. Namun tak sebanyak sebelum wabah Corona.
Sehari sekitar 2-4 orang pelanggan datang menyewa homestay berjumlah 7 kamar itu. Saat menjelang akhir pekan kadang seluruh kamar miliknya penuh.
Baca Juga:Knalpot Blombongan Bikin Resah, Warga Jalan Kaliurang: Kasihan yang Sepuh
"Saat ini sudah kembali stabil tapi tidak seperti sebelumnya. Meski pendapatannya mepet, tapi kami terus syukuri," ungkap dia.