Berkah di Balik Musibah, Wisata Alam Pasar Kebon Empring Berdayakan Warga

Terdapat berbagai menu yang disajikan di sini, mulai dari seruni, sego wader, sego lele, sego welut, sego wiwit, sego mentel, geblek, hingga dawet batok.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 17 Oktober 2020 | 17:15 WIB
Berkah di Balik Musibah, Wisata Alam Pasar Kebon Empring Berdayakan Warga
Keseruan pengunjung yang datang ke Pasar Kebon Empring untuk berekreasi, Sabtu (17/10/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Sampah plastik dan mitigasi bencana

Objek wisata Pasar Kebon Empring tidak hanya memberdayakan warga sekitar saja. Namun lebih dari itu, kehadiran objek wisata bernuansa alam ini sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan.

"Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sebelum ada objek wisata ini masih minim. Masyarakat masih banyak membuang sampah di sungai, terutama dengan sampah-sampah rumahan pasti dibuang ke sungai," tuturnya.

Namun setelah mengerti dan menyadari bahwa sungai ternyata dapat bermanfaat untuk dijadikan tempat wisata bahkan membantu perekonomian, warga perlahan mulai sadar. Sekarang, kata Titik, hanya sampah daun saja yang banyak karena memang tempatnya masih sangat rimbun oleh pohon bambu.

Baca Juga:Pascaaksi Anarkistis Saat Demo Sehari, Jumlah Wisatawan Jogja Turun Drastis

Komitmen menjaga lingkungan juga terpancar dari jajanan kuliner yang tersedia di situ, yakni tidak menggunakan plastik sekali pakai. Pengelola dan masyarakat bertekad untuk terus menjaga kelestarian dan kebersihan alam sekitar mereka dengan meminimalisir sampah plastik.

"Kita sudah sepakat untuk semaksimal mungkin mengurangi sampah plastik. Kita ingin alam yang indah ini terus terawat dengan baik," tegasnya.

Titik menuturkan, mendekati musim penghujan, pihaknya juga lebih sering membersihkan sampah-sampah yang tersangkut di pinggiran sungai. Hal itu juga sebagai upaya mitigasi bencana banjir yang sewaktu-waktu bisa datang.

Disebutkan Titik, sebagian pengelola Pasar Kebon Empring merupakan siswa sekolah sungai yang bentuk juga oleh pihaknya bersama BNPB dan BPBD. Dari sekolah sungai yang mengumpulkan beberapa komunitas sungai yang ada di Jogja, seperti sungai code, gajah wong, opak dan celeng itu, pihak pengelola terus berkoordinasi terkait dengan mitigasi bencana.

"Kita di sekolah sungai belajar memahami sifat sungai yang kita bangun untuk wisata itu seperti apa. Dari situ kita juga terus jalin komunikasi. Misalkan musim hujan datang, kita koordinasikan dengan kondisi di sungai yang berada di atas untuk mengetahui debit air satu menit berapa sentimeter. Nah dari situ kita bisa prediksi kenaikan air dan sebagainya, kalau memang cepat lalu kita siap-siap pindahkan semua properti yang ada di sungai," paparnya.

Baca Juga:Hari Pariwisata Sedunia, Bantul Gelar Sendratari di Alam Terbuka

Titik menambahkan, libur selama pandemi beberapa waktu lalu dimanfaatkan pengelola untuk mempercantik objek wisata. Bahkan hingga saat ini pengelola masih terus mengoptimalkan beberapa sarana dan prasaran.

Contohnya, mulai dari mempermudah akses pengunjung yang ingin turun ke sungai, menambah sejumlah gazebo hingga kursi dan meja sebagai tempat santai yang terus diperbanyak. Tidak lupa, tempat cuci tangan dan imbauan selalu patuh protokol kesehatan juga sudah terpasang di setiap sudutnya.

Salah satu pengunjung dari Magelang, Siti, mengatakan baru pertama kali datang ke objek wisata Pasar Kebon Empring. Menurutnya hal itu menjadi pengalaman yang unik dan menyenangkan bisa bermain air sambil bersantai.

"Baru pertama dan konsepnya menyenangkan. Adem gitu suasananya, cocok buat liburan sama keluarga," kata Siti.

Kendati belum berkesempatan mencicipi kuliner yang ada di Pasar Kebon Empring karena para pedagang sedang libur. Siti tetap mengaku senang bisa menemukan tempat yang baru dengan suasana alam masih terasa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak