SuaraJogja.id - Menutup rangkaian acara Nikah Bareng Sumpah Pemuda yang dilaksanakan bersamaan dengan perayaan hari lahir Kota Yogyakarta, Forum Taaruf Indonesia (Fortais) menggelar acara nikah bareng di Dermaga Cinta, Bendung Lepen, Giwangan, Yogyakarta. Tiga pasang pengantin menjadi penutup rangkaian acara nikah bareng dengan melangsungkan ijab kabul di tiga lokasi berbeda dan baru pertama kali ada di Indonesia.
Ketua Panitia acara Nikah Bareng Sumpah Pemuda, RM Ryan Budi Nuryanto menyebutkan bahwa kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda pada Rabu (28/10/2020) mendatang. Kegiatan ini juga bertujuan untuk menyatukan tekad masyarakat dalam menghadapi pandemi serta menggerakkan sektor ekonomi masyarakat. Khususnya dalam bidang pariwisata dan industri pernikahan dengan bersinergi bersama program pemerintah.
"Juga membantu masyarakat yang tidak mampu untuk dapat menikah sekaligus dengan mengkampanyekan program 3 M dalam kehidupan tatanan baru," terang Ryan saat ditemui di lokasi acara pernikahan Minggu (25/10/2020).
Bersamaan dengan momentum HUT Kota Yogyakarta, kegiatan ini menjadi penutup putaran ke-7 nikah bareng di massa pandemi saat ini. Ryan menyebutkan, untuk saat ini pihaknya baru bisa memfasilitasi masyarakat lingkup DIY saja. Namun, kelak jika pandemi sudah berakhir, ia berharap dapat menyelenggarakan acara yang sama dengan jangkauan masyarakat yang lebih luas, mulai dari tingkat nasional dan internasional.
Baca Juga:Tambah 44 Pasien, DIY Tembus 3.506 Kasus Positif COVID-19
Berbeda dengan acara pembukaan sebelumnya, penutupan rangkaian kegiatan nikah bareng di masa pandemi kali ini berlangsung di salah satu objek wisata kawasan Kota Yogyakarta. Didukung oleh pemkot Yogyakarta dan Dinas Lingkungan Hidup setempat, kegiatan ini digelar secara sederhana dengan hanya dihadiri oleh orangtua dan panitia acara saja. Sesuai dengan penerapan protokol kesehatan untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Acara diawali dengan arak-arakan, para pengantin naik di mobil road sweeper atau penyapu jalan dan diiringi dengan 3 buah tosa dari Dinas Lingkungan Hidup. Tiga mempelai pengantin tersebut diarak dari kawasan Kantor Kelurahan Giwangan menuju ke Dermaga Cinta Kali Gajah Wong. Sepanjang jalan juga dilakukan proses penyapuan jalan sebagai simbol reresik bumi atau membersihkan bumi.
Sampai di lokasi, dilakukan pengecekan suhu tubuh dan penggunaan hand sanitizer oleh seluruh yang hadir dalam acara itu. Mulai dari kedua mempelai, orangtua, serta semua orang yang hadir dalam kegiatan itu. Disaksikan oleh wisatawan sekitar, tiga pasang pengantin ini juga turut membagikan masker kain kepada masyarakat. Saat mempelai wanita membagikan masker, mempelai pria menyapu jalanan sampai ke pelaminan.
"Sebagai tanda mereka tetap semangat dalam menghadapi pandemi saat ini, bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan ikrar Sumpa Pemuda sebagai penanda kebangkitan pariwisata," terang Ryan.
Sesampainya di pelaminan, tiga mempelai tersebut kemudian bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan membacakan ikrar Sumpah Pemuda di hadapan seluruh yang hadir. Selanjutnya, mereka melangsungkan akad secara bergantian di tiga lokasi yang berbeda. Yakni, di atas kapal, di atas bendungan dan di atas mobil road sweeper. Ryan menilai, kegiatan serupa baru dilakukan pertama dan satu-satunya di Indonesia bahkan dunia.
Baca Juga:Diperbolehkan Gugus Tugas Gelar Liga 1, DIY Tak Mau Tergesa-gesa Izinkan
Selain prosesi pernikahan yang unik dan tempat ijab kabul yang tidak biasa, mahar yang diberikan juga berbeda. Yakni seperangkat alat sholat, dan masker 28 buah sebagai wujud atau lambang hari Sumpah Pemuda. Serta satu buah sapu lidi sebagai simbol reresik bumi dan persatuan. Pembagian masker kepada pengunjung sebelumnya, juga turut menjadi simbol kesiapan pengantin menjadi duta protokol kesehatan 3M.
Ketiga mempelai yang melangsungkan pernikahan kali ini adalah Divya Merlinda (22) warga Umbulharjo dan Angga Nur Nugroho (26) warga Mlati. Keduanya melangsungkan ijab kabul di atas jembatan Bendung Lepen Kali Gajahwong. Kemudian pasangan Suwaryanti (48) warga Gedongtengen dan Fajar Novianto (47) warga Gondokusuman menikah di atas kapal. Terakhir adalah pasangan Suswanti (39) warga Kraton dan suaminya Paul Wijaya Panjaitan (37) warga Mantrijeron, keduanya menikah di atas mobil road sweeper.
Salah satu mempelai, Fajar Novianto mengaku sangat berkesan bisa mengikuti kegiatan tersebut. Sejak mengenal istrinya dari seorang teman dua tahun lalu, ia sudah berkomitmen untuk melangsungkan pernikahan. Namun adanya keterbatasan dana dan kondisi membuatnya terus menunda kesempatan itu. Akhirnya, mereka berhasil menjadi pasangan suami istri yang sah.
"Yang jelas senang ya, sensasinya ada. Yang jelas, saya menjadi bagian dari HUT Jogja," ujar Fajar ditemui usai acara ijab kabul.
Fajar juga senang bisa bergabung serta menjadi bagian dari kegiatan nikah bareng ini. Sebelumnya, ia mengaku ditawari seorang teman untuk mengikuti acara ini. Sudah dua tahun merencanakan pernikahan, Fajar tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung mendaftar. Beruntung dari banyaknya yang mengajukan pendaftaran, Fajar dan pasangan menjadi salah satu yang lolos.
Tidak banyak yang ia persiapkan untuk mengikuti rangkaian acara ini selain mental dan doa. Ia mengaku, mungkin karena tekadnya dan sang istri yang sudah bulat untuk melangsungkan pernikahan, sehingga Tuhan mempermudah jalan mereka mencapai pelaminan. Fajar juga menilai, bahwa kegiatan ini sendiri sebagai suatu hal yang unik. Ia berharap, agar acara ini juga menjadi inspirasi untuk orang lain yang sudah merencanakan pernikahan namun masih memiliki hambatan.