SuaraJogja.id - Mengadopsi anak menjadi salah satu langkah yang diambil sejumlah orang untuk bisa mempunyai keturunan. Namun, tidak ada siapa pun yang bisa mencegah bila sang anak adopsi berniat mencari orang tua kandungnya.
Hal ini pula yang berkecamuk dalam diri Emmanuella Tanzil, yang tinggal di Liverpool, Inggris. Perempuan kelahiran 9 September 1985 ini, hingga sekarang masih berjibaku mencari dan menemukan orang tua kandungnya, yang diperkirakan berada di Sleman.
Emmanuella kecil curiga, saat duduk di bangku SD, ada temannya yang menyebut dirinya tidak mirip dengan kedua orang tuanya, hingga pada saat beranjak SMP, ia menemukan foto ibunya dengan perut yang tidak membesar. Ketika dewasa dan sudah menikah, suami Emmanuella menyarankan agar ia menanyakan asal-usul lebih detail kepada orang tua saat itu.
Diadopsi dan dibawa ke Jakarta pada Mei 1986, Emmanuella memiliki alasan kenapa ia memilih Sleman sebagai lokasi pencarian ibu dan ayahanda kandungnya.
Baca Juga:Cewek Liverpool Cari Orang Tua Kandung di Sleman, Diadopsi sejak Bayi
Dari kisah yang ia tuturkan kepada SuaraJogja.id, Emmanuella mengaku dilahirkan oleh ibunya di RS Pura Ibunda, Samirono, Caturtunggal, Depok, Sleman. Namun, RS itu sudah tutup permanen dan berganti menjadi RS An Nur, sebuah RS bedah urologi.
"Mami Papi [orang tua adopsi] dibawa ke RS tersebut oleh saudara yang memang tinggal di Yogya, tapi tante itu juga tidak ada info lainnya. Beliau dan anaknya membantu saya mendapatkan nomor telepon Dokter Lukas, pemilik RS itu [Pura Ibunda]," kata Emmanuella, Jumat (30/10/2020).
Sebelumnya, ia sudah mencari asal-usulnya ke sejumlah panti asuhan yayasan Katolik di Yogyakarta, tetapi hasilnya nihil, dan saat ia mencoba menghubungi dr Lukas, sang pemilik RS Pura Ibunda, mengatakan bahwa RS tersebut sudah tutup dan data miliknya tak lagi disimpan.
Ia selanjutnya mendapatkan nomor kontak pengelola yayasan adopsi dari sang dokter. Kebetulan, sang pengelola yayasan adalah adik dr Lukas.
"Saya telepon dua pekan lalu, tetapi jawabannya kurang jelas, seperti mengelak pertanyaan saya dan usul untuk melihat masa depan, tidak lihat ke belakang," terang Emmanuella lebih lanjut.
Baca Juga:Bunuh Bayi 8 Bulan, Pria Ini Mengaku Dibisiki Malaikat
Niatan Emmanuella untuk mencari orang tua kandung belum ia sampaikan kepada orang tua adopsinya sekalipun orang tua adopsi yang ia panggil "mami papi" itu mengunjunginya ke kediamannya di Liverpool, Inggris pada 2015 dan 2017 silam.
"Bulan September ini saya baru terbuka dengan Mami, dan Mami hanya menginfokan kalau nama saya sebelum diadopsi adalah Theresia," tutur dia.
Emmanuella juga sudah melacak identitas orang tua kandung pula lewat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Sleman. Kekinian, ia mendapatkan kabar bahwa Dinas Sosial Sleman berkenan membantunya. Yang ia ketahui, kebijakan adopsi pada era 1986 jauh berbeda dengan saat ini karena disposisi adopsi tidak melewati Dinas Sosial.
"Surat disposisi [dibantu pencarian asal-usul] baru keluar Senin pekan ini dari Dinsos Sleman," kata Emmanuella seraya berharap dapat mengunjungi ibu pengurus yayasan adopsinya pada pekan depan.
Informasi lain yang ia miliki dari Mami, Emmanuella memiliki saudara yang tinggal di Kota Yogyakarta. Namun dari saudara tersebut, ia tak mendapatkan banyak informasi.
"Karena hanya mengantar Mami Papi ketika mengadopsi. Karena dokter pemilik RS kenal dekat dengan keluarga mereka," ungkapnya.
Tak banyak informasi lain, Emmanuella lantas menyebutkan ciri fisik yang menonjol pada dirinya.
"Tanda lahir di punggung kiri, kira-kira 5 cm, bentuk oval," kata dia.
Hingga kini, Emmanuella terus berupaya mencari orang tua kandungnya dan meminta bantuan dari segenap warganet, baik Instagram maupun Twitter.
Sementara itu, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Sleman Wisnu Wardoyo mengatakan, Dinsos Sleman telah menelusuri sejarah adopsi Emmanuella dan sudah mengetahui pihak yang menyerahkannya dari RS kepada orang tua adopsi.
"Sudah ketemu, kan yang menyerahkan sudah tua. Ia ingatnya menyerahkan, tapi kalau orang tua Mbak Emmanuel belum ketemu. Masih ditelusuri kalau orang tua kandungnya," kata Wisnu.
Dinsos Sleman sayangnya tak memiliki rekam data apa pun terkait Emmanuella, mengingat proses adopsi yang terlampau lama, dan saat itu proses adopsi belum seperti masa sekarang.
Adopsi kala itu diserahkan langsung, sehingga menjadi kendala dalam mencari arsip Emmanuella.
Sedangkan, sejak ada undang-undang yang mengatur proses adopsi, Indonesia mengatur dua jenis adopsi, yaitu privat dan kelembagaan. Dengan proses kelembagaan, maka arsip-arsip terkait anak adopsi bisa dengan mudah dicari.
"Kalau dulu, adopsi itu kan dirahasiakan nama orang tua kandungnya, jadi anak tidak tahu. Nah saat ini sudah ada peraturan, tidak boleh disembunyikan kelahirannya. Saat adopsi privat saja, harus ketemu antara ortu kandung dan ortu asuh. Untuk mengantisipasi hal serupa, jangan-jangan nanti [di masa depan] nyari," papar Wisnu lebih jauh.
Dengan sejumlah upaya yang dilakukan bersama sejumlah pihak terkait, Dinsos Sleman berharap, orang tua kandung Emmanuella dapat ditemukan. Terlebih, pemegang peranan kunci, yaitu pengelola yayasan tempat Emmanuella diadopsi, masih mengingat proses adopsi tersebut.
Kontributor : Uli Febriarni