Gunung Merapi Mengalami Guguran, BPPTKG: Itu Biasa Terjadi

Gunung Merapi beberapa kali terpantau mengeluarkan guguran.

Rendy Adrikni Sadikin
Selasa, 10 November 2020 | 10:14 WIB
Gunung Merapi Mengalami Guguran, BPPTKG: Itu Biasa Terjadi
Puncak Gunung Merapi terlihat dari Sungai Gendol, Bronggang, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (3/5). [ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah]

SuaraJogja.id - Gunung Merapi beberapa kali terpantau mengeluarkan guguran. Berdasarkan laporan yang dirilis BPPTKG, Minggu (8/11/2020), guguran mencapai 3.000 meter ke arah barat.

Kepala BPPTKG Hanik Humaidi mengatakan jika guguran yang terjadi pada siang sekitar pukul 12.50 WIB Minggu (8/11/2020) kemarin merupakan fenomena yang biasa terjadi di gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta ini.

"Guguran tidak disertai dengan kejadian awan panas. Untuk potensi bahaya saat ini masih sesuai rekomendasi, yaitu guguran lava, lontaran material vulkanik dari erupsi eksplosif, dan awan panas sejauh maksimal lima km dari puncak Merapi," ujar Hanik Humaidi saat dimintai konfirmasi Harianjogja.com--jaringan Suara.com--pada Senin (9/11/2020).

Hanik menegaskan jika fenomena guguran yang terjadi di Gunung Merapi merupakan hal yang biasa terjadi. Apalagi, status Merapi yang mengalami kenaikan dari waspada menjadi siaga (level 3).

Baca Juga:Pengungsi Merapi di Barak Glagaharjo Tembus 185 Orang

"Bahwa kejadian guguran seperti ini biasa terjadi, apalagi saat ada kenaikan aktivitas Gunung Merapi seperti saat ini," sambung Hanik.

Pada Minggu (8/11/2020), terjadi dua kali guguran di Gunung Merapi yang terpantau dari Pos Pengamatan Gunungapi Merapi (PGM) Babadan. Dua kali guguran tersebut mengarah ke barat laut dan barat daya.

Berdasarkan data di PGM Babadan tepatnya di Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, guguran terjadi pada pukul 08.32 WIB, sejauh 750 meter dari puncak. Sedangkan, untuk guguran yang kedua terjadi pada pukul 12.50 WIB, sejauh tiga kilometer pada Minggu (8/11/2020) lalu.

Oleh karena itu, BPPTKG menyatakan jika prakiraan daerah bahaya jika sewaktu-waktu Merapi erupsi adalah meliputi:
Provinsi DIY yang terdiri dari; Kab. Sleman. Kecamatan Cangkringan: Desa Glagaharjo (Dusun Kalitengah Lor); Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem); Desa Umbulharjo (Dusun Palemsari).

Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari; Kabupaten. Magelang. Kecamatan Dukun: Desa Ngargomulyo (Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar); Desa Krinjing (Dusun Trayem, Pugeran, Trono); Desa Paten (Babadan 1, Babadan 2)

Baca Juga:Duh, Tiga Pengungsi Merapi di Magelang Reaktif Covid-19

Kabupaten Boyolali yang terdiri dari Kecamatan Selo: Desa Tlogolele (Dusun Stabelan, Takeran, Belang); Desa Klakah (Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur); Desa Jrakah (Dusun Jarak, Sepi)

Kabupaten Klaten yang terdiri dari Kecamatan Kemalang: Desa Tegal Mulyo (Dusun Pajekan, Canguk, Sumur); Desa Sidorejo (Dusun Petung, Kembangan, Deles); Desa Balerante (Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang)

BPPTKG juga menyatakan jika penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.

Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di kawasan rawan bencana III gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.

Serta, Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.

"Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," pungkas Hanik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak