SuaraJogja.id - Penyediaan makanan bagi warga lereng Gunung Merapi yang mengungsi di barak pengungsian Glagaharjo tidak dilakukan dengan cara prasmanan. Melainkan pengungsi diberikan jatah masing-masing dengan menggunakan nasi bungkus yang telah dibuat oleh para relawan.
Menurut Panewu Cangkringan Suparmono, hal itu sebagai salah satu cara untuk mengurangi resiko penyebaran Covid-19 di lingkungan pengungsian. Sebab memang kondisi kesehatan para pengungsi menjadi hal utama yang wajib dijaga dengan ketat.
"Makanan untuk pengungsi sekarang terkait dengan masih berlangsungnya masa pandemi Covid-19 tidak kita hidangkan secara prasmanan lagi tapi dengan bentuk nasi bungkus," kata Suparmono saat ditemui awak media di barak pengungsian Glagaharjo, Kamis (12/11/2020).
Suparmono menyebut, penyediaan makan di barak pengungsian Glagaharjo menyesuaikan dengan banyaknya pengungsi dan relawan yang ada. Setidaknya bisa mencapai 250 hingga 300 bungkus per satu kali buat atau memasak yang dibagi pada jam pagi, siang dan sore.
Baca Juga:Percaya atau Tidak, Lokasi Warung Pecel Lele ini Berada di Puncak Merapi
Diharapkan bahwa kebersihan atau pencegahan penyebaran Covid-19 tidak hanya sampai di situ saja. Menurutnya juru masak dan pembungkus nasi perlu memperhatikan juga kebersihan diri dengan tetap memakai masker dan sarung tangan selama proses berlangsung.
"Kalau sekarang belum pakai sarung tangan besok diharap sudah pakai. Masker wajib selalu dipakai, intinya semua pihak harus tetap melaksanakan protokol kesehatan," tegasnya.
Terkait dengan permintaan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X yang beberapa waktu lalu berkunjung ke barak pengungsian Glagaharjo mengenai menu makanan dari pengungsi, pihaknya kini mengaku tengah melakukan koordinasi dengan beberapa pihak. Pasalnya memang, selama ini menu yang disajikan kepada pengungsi ditentukan oleh tim memasak.
"Kemarin Sultan berpesan bahwa diharapkan pengungsi bisa memesan makannya sendiri. Maka dari itu saat ini kita sedang bicarakan teknisnya akan seperti apa, paling tidak bisa ada perwakilan pengungsi yang nanti diskusi dengan pemasak pengennya apa," terangnya.
Hal itu menurutnya penting sehingga menu yang dihadirkan tidak semata-mata semua ditentukan oleh petugas dapur. Melainkan ada masukan juga dari pengungsi agar mereka bisa makan dengan lebih nikmat.
Baca Juga:Aktivitas Gunung Merapi, BNPB Catat Lebih dari Seribu Warga Dievakuasi
"Untuk gizi pun juga ada dokter yang menghitung gizinya agar sesuai dengan standar gizi yang dibutuhkan," imbuhnya
- 1
- 2