Aktivitas Seni di Grogol Mati Suri Akibat Pandemi, Sugati Wayangan Sendiri

Selama pandemi berlangsung, sejak awal semua kesenian di Desa Grogol diam tidak ada aktivitas.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 13 Desember 2020 | 18:30 WIB
Aktivitas Seni di Grogol Mati Suri Akibat Pandemi, Sugati Wayangan Sendiri
Seniman sekaligus dalang di Desa Wisata dan Budaya Grogol, Sugati (70) menunjukkan koleksi wayangnya di depan gamelan yang lama tak dimainkan, di Dusun Grogol, Desa Margodadi, Seyegan, Sleman, Minggu (13/12/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Kegiatan seni dan budaya di Desa Wisata dan Budaya Grogol, yang berada di Dusun Grogol, Desa Margodadi, Seyegan, Sleman mengalami mati suri. Hal itu sebabkan nihilnya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakatnya selama awal pandemi Covid-19 lalu hingga saat ini.

Hal itu diakui salah satu seniman sekaligus dalang di Desa Wisata dan Budaya Grogol, Sugati (70) kepada awak media, pada Minggu (13/12/2020). Disebutkan Sugati, pandemi Covid-19 benar-benar melumpuhkan kegiatan berkesenian warga setempat.

"Selama pandemi berlangsung, sejak awal semua kesenian di sini diam tidak ada aktivitas. Sampai sekarang belum ada kegiatan lagi mas," kata Sugati.

Sugati menuturkan hal itu sebagai bentuk patuh dan taat kepada aturan yang telah ditetapkan pemerintah salah satunya agar tidak membuat kerumunan. Berangkat dari situ, kesepakatan juga muncul oleh warga sekitar yang sejutu menghentikan kegiatan seni budaya sementara waktu.

Baca Juga:Sleman: Tak Disiplin Isolasi Mandiri, 1 Pasien COVID-19 Bisa Tulari 5 Orang

Padahal jika kondisi normal, kegiatan di desa tersebut penuh dengan agenda kesenian dari warganya sendiri. Pasalnya memang wilayah ini mempunyai berbagai potensi seni dan budaya.

Dijelaskan Sugati, penyebutan Desa Grogol yang tidak hanya sebagai desa wisata namun juga desa budaya itu bukan tanpa alasan. Hal itu terlihat dari berbagai seni budaya yang dimiliki mulai dari wayang kulit, ketoprak, wayang orang, jathilan, karawitan, keroncong, hingga tari-tarian tradisional.

"Ya kalau tidak ada pandemi Covid-19 di kampung sini banyak muda-mudi hingga bapak ibu yang berkesenian, misalnya saja karawitan yang rutin tiap satu minggu bisa sampai empat kali atau tari yang seminggu dua kali selalu ada pertunjukan juga," ungkapnya.

Hal itu sekarang tidak bisa lagi dinikmati untuk sementara waktu. Jangankan agenda pertunjukan, sekadar latihan pun disekapati untuk tidak dilaksanakan.

"Warga memang sudah sepakat untuk tidak ada latihan, ya sampai sekarang tidak ada. Sebetulnya sudah kangen tapi ya tetep mengikuti aturan itu tadi," ucapnya.

Baca Juga:Kebakaran Hotel di Sleman, Hujan Bantu Pemadaman Api

Sugati menuturkan sebagian besar warga lokal di sini menggeluti bidang seni dalam kesehariannya. Namun dengan kondisi yang semacam ini warga mengalihkan kegiatannya dengan bertani atau yang lainnya.

Sementara itu di usianya yang sudah tak lagi muda, Sugati lebih milih untuk merawat wayang-wayang kuno peninggalan kakak buyut hingga ayahnya. Bahkan untuk menghidupkan suasana rumah yang sekaligus menjadi sanggar itu, ia tidak jarang memainkan gamelan atau wayang itu sendirian.

"Tiga anak saya masih tinggal di sini. Ibunya sudah meninggal, baru 7 bulan lalu sekitar awal pandemi Covid-19 tapi bukan karena Covid-19 hanya sakit. Sekarang dua anak saya yang laki-laki jadi guru kesenian dan anak perempuan jadi penyanyi kadang ngisi acara sampai ke Magelang," tuturnya.

Selain itu Sugati juga mengisi kegiatan selama pandemi Covid-19 ini dengan membuat wayang. Hal itu, kata Sugati akan dimaknai sebagai barang peninggalannya kepada anak-anaknya besok.

"Dari simbah sampai ayah juga dulu gitu selalu ada peninggalan sejarah ya wayang itu," jelasnya.

Sugati mengungkapkan bahwa sebenarnya sudah ada beberapa rekannya yang menawarkan untuk mencoba pertunjukan secara daring. Namun mempertimbangkan usia dan kekuatan fisiknya, ia mengaku masih takut untuk keluar rumah hingga mengadakan kegiatan seni lagi.

"Sebetulnya sudah ada rencana, tapi tetap masih takut untuk keluar. Saya di sini terima saja," ujar pria yang masih punya hubungan keluarga dengan seniman kondang Gito Gati tersebut.

Selain belum mempunyai keberanian untuk kembali keluar dan berkegiatan, Sugati menuturkan pihaknya merasa belum terlalu terfasilitasi untuk menggelar pertunjukan secara daring tadi. Artinya perhatian pemerintah atau orang-orang yang meminta untuk digelarnya lagi pertunjukan itu masih minim.

"Kalau saya, intinya hanya minta Tuhan saja untuk tetap menjaga kelestarian itu. Di dalam hati kita semangat tapi sekarang biar bertahan dulu. Syukur kalau rampung pandemi Covid-19 bisa berkembang lagi. Untuk pertunjukan lagi biar diberi Tuhan saja. Kalau diberi ya mau kalau tidak ya saya tidak melamar," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak