Sempat Dihubungi Nadiem Makarim, Abdul Mu'ti Tolak Jabatan Wakil Menteri

Sempat mengaku bersedia terima amanat wakil menteri, Mu'ti kemudian berubah pikiran.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 23 Desember 2020 | 14:51 WIB
Sempat Dihubungi Nadiem Makarim, Abdul Mu'ti Tolak Jabatan Wakil Menteri
Abdul Mu'ti Ungkap Alasan Tidak Bergabung dalam Kabinet Jokowi (Twitter).

SuaraJogja.id - Presiden Joko Widodo baru saja melantik enam orang menteri dan lima wakil menteri baru yang akan mendampinginya di Kabinet Indonesia Maju. Dari lima wakil menteri yang baru saja dilantik, terselip cerita sosok Abdul Mu'ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah yang sempat ditawari posisi wakil menteri namun akhirnya menolak.

Dalam cuitan di akun Twitter pribadinya @abe_Mukti, ia menceritakan kronologi dirinya ditawari posisi wakil menteri. Awalnya, ketika Mu'ti dihubungi oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim ia mengaku bersedia bergabung dalam pemerintahan jika diberikan amanah.

"Awalnya, ketika dihubungi oleh Pak Mensesneg dan Mas Mendikbud, saya menyatakan bersedia bergabung jika diberi amanah. Tetapi, setelah mengukur kemampuan diri, saya berubah pikiran. Semoga ini adalah pilihan yang terbaik," cuit Mu'ti.

Sempat mengaku bersedia, Mu'ti kemudian berubah pikiran. Setelah mengukur kemampuan dirinya, Mu'ti merasa tidak akan mampu mengemban amanah yang dinilai sangat berat tersebut. Menurutnya, ia bukanlah figur yang tepat untuk amanah tersebut. Melalui berbagai pertimbangan, Mu'ti memutuskan untuk tidak bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju. Ia berharap itu adalah keputusan yang terbaik.

Baca Juga:Dulu Lawan Politik, Sandiaga Ungkap Alasan Bersedia jadi Pembantu Jokowi

"Setelah melalui berbagai pertimbangan, saya memutuskan untuk tidak bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju dalam jabatan wakil menteri," imbuh Mu'ti.

Sejak diunggah Rabu (23/12/2020), cuitannya yang menolak jabatan wakil menteri tersebut sudah disukai lebih dari 3000 pengguna Twitter. Ada 600 lainnya yang membagikan ulang dan seratus di antaranya menggunakan kutipan. Dari tanggapan yang ditinggalkan warganet di kolom komentar, ada yang menyambut baik keputusan Mu'ti dan begitu juga sebaliknya.

"Karakter Muhammadiyah tidak gila jabatan, selalu jadi mitra pemerintah dalam pembangunan tapi kritis terhadap kebijakan yang merugikan umat, Jazakumullah prof," tulis akun @mr_koeneng.

"Yang utama adalah tetap menyuarakan dan melakukan kebaikan bagi kepentingan umat. Peran yang diambil bisa di dalam atau di luar. Terang-terangan atau bersembunyi. Tegas menghujam atau diplomatis bersiasat. Semoga Allah tetap menaungi dengan hidayah dan berkah-Nya. Aamiin," komentar akun @Gandawan.

"Langkah yang tepat. Orang nomor satu dan nomor dua di Muhammadiyah, prayoginipun bisa menjaga jarak dan berada di luar kekuasaan. Demi independensi dan kemandirian Muhammadiyah. Perserikatan bisa leluasa dalam bersikap dan berkiprah tanpa merasa 'ewuh' dan merasa 'terkooptasi'," tanggapan akun @109desember.

Baca Juga:Presiden Lantik 6 Menteri Baru Kabinet Indonesia Maju

Sementara akun @cymxio mengatakan, "Jabatan yang sekarang juga masih di lembaga pendidikan, mungkin pertimbangannya sayang meninggalkan jabatannya ya pak? Kan kalau masuk kabinet cuma 5 tahun. Tapi gak apa-apa lah pak semua manusia mempunyai hak untuk menolak tawaran yang diberikan."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak