SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi terus mengalami peningkatan. Tercatat dalam sehari mengalami 42 kali guguran dan 47 kali gempa vulkanik dangkal pada periode pengamatan sejak pukul 00.00 WIB hingga 24.00 WIB, Jumat (25/12/2020).
Dari total 42 gempa guguran tersebut sembilan kali di antaranya terpantau suaranya dengan intensitas lemah hingga keras dari Pos Pengamatan Babadan.
Kepala BPPTKG Badan Geologi Hanik Humaida menjelaskan pada Jumat (25/12/2020) selama 24 jam Merapi mengalami 42 kali gempa guguran. Sedangkan untuk laju rata-rata deformasi sebesar 11 sentimeter per hari artinya tubuh gunung terjadi penggembungan 11 sentimeter per hari yang tercatat selama tiga hari terakhir.
“Terdengar suara guguran intensitas lemah, sedang hingga keras sembanyak Sembilan kali dari Pos Babadan,” katanya seperti dikutip dari Harianjogja.com, Sabtu (25/12/2020).
Baca Juga:Muncul Rekahan di Tebing Kawah Gunung Merapi, Ini Penjelasan BPPTKG
Sedangkan untuk gempa fase banyak tercatat 323 kali dan gempa embusan sebanyak 61 kali. Ia menambahkan secara visual rata-rata dalam sehari kemarin terlihat asap berwarna putih dengan intensitas tebal. Adapun ketinggian asap mencapai 150 meter di atas puncak.
“Untuk pemantauan terkini pada periode pukul 00.00 WIB hingga 12.00 WIB Sabtu, secara visual Gunung Merapi terlihat jelas, asap akwah teramati dengan ketinggian 25 meter dari puncak kawah,” katanya.
BPPTKG memastikan belum ada muntahan lava yang terjadi di Merapi sejak statusnya dinaikkan menjadi Siaga pada 5 November 2020. Adapun guguran yang terjadi beberapa kali, bukan guguran lava namun guguran material vulkanik sisa erupsi sebelumnya.
Material guguran yang pernah meluncur merupakan material sisa erupsi seperti tahun 1948, 1884, 1888. Karena Ketika Merapi Meletus tidak semua material terlontarkan dan masih ada sisa di permukaan sehingga menjadi material vulkanik. Oleh karena itu Hanik memastikan, belum ada muntahan lava.
Baca Juga:Kondisi Terkini Gunung Merapi per Tanggal 2 Desember 2020