Virus Corona Bermutasi, Dosen UGM Sebut Transimisi ke Manusia Lebih Tinggi

Tak hanya di Inggris, varian virus Corona ini telah ditemukan di sejumlah negara seperti Irlandia, Perancis, Belanda, Denmark, Australia.

Galih Priatmojo
Sabtu, 26 Desember 2020 | 16:38 WIB
Virus Corona Bermutasi, Dosen UGM Sebut Transimisi ke Manusia Lebih Tinggi
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)

SuaraJogja.id - Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, Gunadi berpendapat terkait kabar COVID-19 atau virus corona yang mulai bermutasi di Inggris dan sejumlah negara lain. Mutasi tersebut diduga meningkatkan transmisi antar manusia hingga 70 persen.

"Namun, mutasi ini belum terbukti lebih berbahaya/ganas. Demikian juga, mutasi ini belum terbukti mempengaruhi efektivitas vaksin Corona," ujar Gunadi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/12/2020).

Mutasi virus dengan nama VUI 202012/01 (Variant Under Investigation, tahun 2020, bulan 12, varian 01) ini terdiri dari sekumpulan mutasi antara lain 9 mutasi pada protein S (deletion 69-70, deletion 145, N501Y, A570D, D614G, P681H, T716I, S982A, D1118H). Varian VUI 202012/01 tersebut saat ini ditemukan pada 1.2% virus pada database GISAID, 99% varian tersebut dideteksi di Inggris.

Tak hanya di Inggris, varian ini telah ditemukan di sejumlah negara seperti Irlandia, Perancis, Belanda, Denmark, Australia. Di Asia, varian baru ini baru ditemukan pada 3 kasus yaitu Singapura, Hong Kong dan Israel.

Baca Juga:Surat Izin Turun, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM GeNose Siap Diedarkan

Dari sembila mutasi tersebut pada VUI 202012/01, ada satu mutasi yang dianggap paling berpengaruh yaitu mutasi N501Y. Hal ini karena mutasi N501Y terletak pada Receptor Binding Domain (RBD) protein S.

"RBD merupakan bagian protein S yang berikatan langsung dengan ACE2 receptor untuk menginfeksi sel manusia," jelasnya.

Menurut Gunadi, mutasi tersebut dimungkinkan berpengaruh terhadap deteksi diagnosis COVID-19 dengan PCR. Sebab PCR untuk diagnosis infeksi COVID-19 mendeteksi kombinasi beberapa gen pada virus Corona, misalnya gen N, gen orf1ab, gen S, dll.

Karena varian baru tersebut terdiri dari multipel mutasi pada protein S, maka diagnosis COVID-19 sebaiknya tidak menggunakan gen S.Hal tersebut bisa memberikan hasil negatif palsu.

Karenanya peran surveilans genomik virus Corona menjadi sangat penting dalam rangka identifikasi mutasi baru. Yakni untuk pelacakan) asal virus tersebut dan dilakukan isolasi terhadap pasien dengan mutasi tersebut.

"Sehingga penyebaran virus Corona bisa dicegah lebih lanjut," imbuhnya.  

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Baca Juga:UGM Siap Pasarkan Alat Deteksi COVID-19 Lewat Embusan Napas 'GeNose'

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini