Zaman dulu hotografi hanya untuk para profesional dan orang kaya sampai George Eastman memulai sebuah perusahaan bernama Kodak pada tahun 1880-an.
Eastman menciptakan film gulung fleksibel yang tidak perlu terus-menerus mengubah pelat padat. Hal ini memungkinkannya untuk mengembangkan kamera kotak mandiri yang menampung 100 eksposur film.
Pada akhir 1940-an terdapat film 35mm yang cukup murah untuk digunakan sebagian besar konsumen. Sekitar tahun 1930, Henri-Cartier Bresson dan fotografer lainnya mulai menggunakan kamera kecil 35mm untuk menangkap gambar kehidupan saat itu terjadi daripada potret panggung.
Ketika Perang Dunia II dimulai pada tahun 1939, banyak jurnalis foto mengadopsi gaya ini. Potret-potret tentara Perang Dunia I digantikan dengan gambar grafis perang dan akibatnya.
Baca Juga:Oppo Reno5 Pro Plus Akan Muncul dengan Kamera Sony Sekuat 50 MP
Gambar seperti foto Joel Rosenthal, Mengibarkan Bendera di Iwo Jima membawa pulang realitas perang dan membantu menggembleng orang Amerika tidak seperti sebelumnya. Gaya menangkap momen menentukan ini membentuk wajah fotografi selamanya.
Pada saat yang sama saat kamera 35mm menjadi populer, olaroid memperkenalkan Model 95. Model ini menggunakan proses kimki yang mengembangkan film di dalam kamera kurang dari satu menit .
Pada zaman dulu polaroid sangat mahal. Pada pertengan 1960-an polaroid memiliki banyak model sehingga harganya menjadi turun. Pada 2008, Polaroid berhenti membuat film instan terkenal mereka dan membawa serta rahasia mereka.
Setelah kejadian tersebut banyak perusahaan yang mencoba membuat kembalu fillm instan ini. Sampai 2018, belum ada yang mampi mereplikasi kualitas polaroid lama.
Untuk saat ini banyak sekali jenis kamera yang ada mulai dari DSLR, mirrorless, polaroid tiruan, dan berbagai jenis lainnya. Semua jeni kamera yang ada merupakan perkembangan dan penelitian dari kamera-kamera yang ada sebelumnya. (Penulis: Fajar Ramadhan)
Baca Juga:Ratu Elizabeth II Koleksi Barang Langka, Nilainya Nyaris Rp2 Triliun