Menunggu Gawe Merapi, Begini Cerita Warga Selama Dua Bulan di Pengungsian

Dua bulan lebih warga di lereng Merapi mengungsi dari rumahnya. Sementara situasi di Merapi hingga saat ini masih fluktuatif.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 06 Januari 2021 | 12:07 WIB
Menunggu Gawe Merapi, Begini Cerita Warga Selama Dua Bulan di Pengungsian
Para pengungsi yang menikmati makanan yang telah dibungkus oleh para relawan di barak pengungsian Glagaharjo, Kamis (12/11/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Maryam mengakui bahwa hampir dua bulan berada di barak pengungsian memang terasa jenuh. Namun tidak banyak yang bisa ia lakukan. Hiburannya, hanya dua ekor sapi itu.

Sebelum status Merapi dinaikan menjadi Siaga sekarang ini, Maryam sendiri adalah penjual bunga edelweis atau yang dikenal juga dengan sebutan si 'bunga abadi'. Sebutan itu, katanya sebab tanaman satu ini yang tak mudah layu.

Biasanya, ia menjual bunga abadi itu di tempat-tempat wisata yang ada di kawasan Merapi. Mulai dari Bukit Klangon, Bunker Merapi, Kaliadem, Kinahrejo (petilasan Mbah Maridjan), hingga Turgo.

Hasil dari penjualan bunga abadi itu yang selama ini menunjang kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Tidak banyak memang pendapatan yang didapat namun setidaknya itu cukup untuk hidup suami, dan satu anaknya yang masih duduk di bangku SMK kelas 10.

Baca Juga:Berstatus Siaga, Merapi Menunjukan Peningkatan Aktivitas

"Anak saya dua cewek, yang satu sudah berkeluarga sendiri. Satunya masih SMK kelas 10, sering nganter jemput saya kalau setiap pulang dan ke sini [baral pengungsian]," ujarnya.

Maryam mengungkapkan semenjak kawasan wisata Merapi itu ditutup, usaha berjualan bunga abadi miliknya pun ikut tutup juga. Padahal biasanya ia bisa meraup keuntungan mulai dari Rp100-200 ribu setiap hari.

Walaupun memang jumlah itu tidak bisa dipastikan juga. Malahan kadang, pendapatan Rp200 ribu itu baru bisa didapat selama seminggu. Namun tidak dipungkiri tahun sebelumnya, dengan kondisi libur natal dan tahun baru seperti sekarang ini penjualannya bisa meningkat.

Ia mengaku keluarganya bertahan sedikit banyak dari hasil penjualan bunga tersebut. Sebab sang suami memang tidak memiliki pekerjaan sampingan.

"Sekarang tutup semua jadi saya juga berhenti jualan. Ngurus sapi saja," cetusnya.

Baca Juga:Gunung Merapi Semburkan Material Diduga Lava Pijar

Dengan kondisi keterbatasan tersebut, Maryam dan suami harus memutar otak demi mencukupi kebutuhan hidup sementara waktu ini. Khususnya untuk membiayai sekolah anaknya yang masih SMK tadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak