SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkapkan, saat ini Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi awal 2021.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan, saat ini tingkat vulkanik Gunung Merapi masih tinggi. Fase erupsi 2021 baru merupakan awal indikasi, lanjutnya.
Kendati demikian, proses ekstrusi magma masih akan terjadi berdasarkan data seismik dan deformasi yang tinggi.
"Karena ini agak berbeda dengan 2006," ungkapnya, Selasa (5/1/2021).
Baca Juga:Aktivitas Meningkat, BPPTKG Jelaskan Kondisi Gunung Merapi ke Pengungsi
Pada erupsi 2006, kata Hanik, begitu muncul kubah lava, laju deformasi (EDM) maupun Vulkanik Dangkal (VTB) mengalami penurunan.
Namun saat ini, meskipun ada indikasi magma sudah ke permukaan, VTB dan EDM masih terus terjadi.
"Itu yang membedakan antara 2006 dan sekarang ini," kata dia.
Ia menambahkan, dari citra satelit, teramati adanya gundukan, diduga merupakan kubah lava baru.
Sebagian mengalami longsor bersama material lama. Namun, hal tersebut masih terus dipantau.
Baca Juga:Lava Pijar Menyembur dari Gunung Merapi
Kasi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi menyatakan, pada 2018-2019 Gunung Merapi sudah mengalami erupsi.
Pada 2021 ini, Gunung Merapi kembali mengalami fase erupsi baru dengan fenomena utama api diam atau lava pijar.
"Meskipun memasuki fase baru, tetapi rekomendasi masih tetap dipertahankan. Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi, yang bisa terjadi setiap saat," ungkapnya.
Penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB Ill direkomendasikan untuk dihentikan, dan pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB Ill Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi, imbuh Agus.
"Karena masih ada potensi erupsi eksplosif, dari data pemantauan yang dilakukan," terangnya.
Kontributor : Uli Febriarni